Siapa Bilang Orang Tua Nabi Muhammad SAW Masuk Neraka? Ini Dalilnya…

Assalamualaikum Wr. Wb.

Redaksi PCNU Pringsewu Yth. Beberapa waktu lalu masyarakat sempat dihebohkan dengan dakwah yang dibawakan oleh Ust. Khalid Basalamah yang mengatakan bahwa orang tua Nabi Muhammad SAW adalah Kafir. Hal ini sangat mengusik saya, karena semenjak saya kecil, saya diajarkan oleh guru ngaji saya bahwa Nabi Muhammad adalah terlahir dari garis keturunan orang-orang yang beriman dan dari rahim leluhur yang bersih dan terpilih.
Lalu bagaimana sebenarnya status orang tua Nabi? Bagaimana pula dengan leluhurnya? mohon penjelasan dan pencerahanya, Pak Kyai. Terimakasih. Wassalam. *) Ibu Rianti, Pagelaran || 0815 4316 7xxx

Dijawab Oleh KH. Munawwir (LBMNU) Lampung

Telah kita ketahui bahwa ayah Nabi wafat saat Nabi berusia 2 bulan dalam kandungan ibu beliau. Sedang sang ibunda wafat saat Nabi berusia 6 tahun.

Jadi kedua orang tua Nabi meninggal jauh sebelum Nabi diangkat sebagai Rasul. Nabi diangkat sebagai Rasulullah kelak saat beliau berusia 40 tahun.

Artinya kedua orang tua Nabi itu hidup di zaman fatrah: masa ketika aktivitas kerasulan masih vakum; belum ada Nabi yang diutus menggantikan Rasul sebelumnya.

Maka, sebagai ahli fatrah, orang tua Nabi statusnya tergolong orang selamat di akhirat, tak disiksa masuk neraka, namun selamat dan masuk surga.

Hal ini sesuai dengan penegasan QS. Al-Isra’ [17] 58:

وما كنا معذبين حتى نبعث رسولا

“Kami tidak menyiksa hamba hingga Kami mengutus seorang utusan,”

Orang tua Nabi juga tak diwajibkan mengikuti syariat Nabi Isa, sebab Nabi Isa hanya diutus kepada Bani Israel. Sedang orang tua Nabi bukan Bani Israel. Sudah maklum, nabi-nabi terdahulu hanya diutus untuk kaumnya saja. Nabi Isa hanya diutus pada Bani Israel saja:

ورسولا إلى بني إسرائيل آل عمران: ٤٩

Berdasarkan ayat-ayat ini, kedua orang tua Nabi termasuk ahlil-fatrah, ahlin-najah, ahli selamat di akhirat, tidak dimasukkan neraka, dan masuk surga.

Bahkan para ulama menangkap sinyal kuat dari QS. Asy-Syuara’: 219 yang semakin memperkuat kesimpulan di atas:

وتقلبك في الساجدين الشعراء:٢١٩

“Semua silsilah Nabi ke atas ialah orang-orang yang senantiasa bersujud kepada Allah, bukan penyembah berhala.”

Maka semakin jelas bahwa jalur silsilah Nabi mulai orang tua beliau dan seterusnya adalah orang-orang beriman, atau tercakup dalam hukum orang-orang yang beriman.

Ketetapan selamatnya orang tua Nabi berdasarkan dalil-dalil Al-Quran ini tidak bisa ditentang dengan hadis dalam Sahih Muslim yang menjelaskan bahwa Nabi bersabda:

“Aku minta izin kepada Allah untuk memintakan ampunan bagi ibuku, tapi Allah tidak mengizinkan, dan aku minta izin kepada Allah untuk menziarahi kuburan ibuku, lalu Allah mengizini aku”  (HR. Muslim dari Abu Hurairah).

Hadis itu tak bisa dijadikan dalil bahwa orang tua Nabi masuk neraka, karena masih mengandung kemungkinan (ihtimāl) pada maksud yang lain.

Baca : Belajarlah Kepada Ulama Yang Jelas Silsilahnya

Tak diizinkan memintakan ampun itu tidak pasti menunjukkan ibu Nabi kafir, sebab tak diizinkan itu masih dimungkinkan karen alasan lain (ihtimāl).

Perbandingannya, seperti hadis bahwa Nabi dilarang menshalati orang yang masih punya hutang. Larangan ini tentu tak berarti si mayit itu kafir. Sedang dalil, jika mengandung sejumlah kemungkinan seperti itu, maka dalil itu tak bisa digunakan.

الدليل إذا دخله الإحتمال سقط به الإستدلال

Maka berhati-hatilah dengan sebagian kalangan yang rajin mendakwahkan bahwa kedua orang tua Nabi masuk neraka. Mereka keliru fatal dalam beristidlal.

Mereka adalah kelompok yang tidak memahami ilmu hadis. Asalkan ada hadis sahih langsung digembar-gemborkan, tanpa melihat pendapat ulama. Padahal ada hadis sahih, tapi tak bisa diamalkan karena mansukh, atau karena tak ada 1 ulama pun yang mengamalkannya. Maka hadis itu tak boleh diamalakan.

Demikian pelajaran yang bisa kita ambil dari penggalan awal sejarah kehidupan Rasulullah.
Semoga bermanfaat. (*)

About Admin

Istiqomah dalam Berkhidmah

Check Also

Amal Saleh Ini Jadi Sebab Sekeluarga Masuk Surga

Pringsewu – Mustasyar PCNU Pringsewu KH. Sujadi Sadad mengungkapkan pentingnya menyambung ikatan ruhani kepada arwah …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *