PRINGSEWU – Ribuan warga NU tumpah-ruah di Kompleks Gedung PCNU Kabupaten Pringsewu di Jalan Lintas Barat, Kecamatan Pagelaran, Rabu (31/1). Mereka mulai berdatangan sejak pukul lima sore dengan membawa perlengkapan shalat untuk melaksanakan Shalat Gerhana Bulan berjamaah.
Panitia memberitahukan sebelumnya kepada jamaah untuk membawa dari rumah mereka masing-masing alas tikar dan sejenisnya mengantisipasi membludaknya jamaah karena kapasitas Aula Gedung PCNU hanya mampu memuat sekitar 500 orang. Benar saja, banyak jamaah yang melaksanakan shalat di halaman gedung pada rangkaian peringatan Harlah ke-92 NU tersebut.
Kegiatan diawali dengan Shalat Maghrib berjamaah dilanjutkan dengan Shalat Gerhana Bulan dengan imam Rais Syuriyah PCNU Pringsewu KH Ridwan Syuaib. Setelah itu, Mustasyar PCNU Pringsewu KH Sobri Dinal Mustofa menyampaikan Khutbah Shalat Gerhana Bulan yang mengangkat tema “Momentum Gerhana Bulan untuk Instropeksi Diri”. Para jamaah mengikuti rangkaian kegiatan yang ditutup Shalat Isya berjamaah.
Setelah beristirahat sejenak, jamaah larut dalam lantunan Shalawat Nabi yang dipimpin Ustad Taufiq Hidayat bersama tim hadrah Remaja Pecinta Sholawat (Repshol) Kabupaten Pringsewu. Jamaah yang berasal dari berbagai penjuru Kabupaten Pringsewu ini sepertinya meresapi bait demi bait shalawat dengan keyakinan Rasulullah SAW dan para malaikat hadir bersama mereka. Muka dan tangan mereka tertengadah berdoa seraya mengharapkan syafaat Rasulullah.
Kemudian disusul ceramah bertema refleksi Harlah ke-92 NU yang disampaikan Wakil Rais Syuriyah PCNU Pringsewu KH Khairuddin Tahmid. Kiai yang juga Ketua Majelis Ulama Indonesia Provinsi Lampung ini mengapresiasi kiprah PCNU Pringsewu yang terus tanpa lelah berkhidmah demi umat.
“NU Pringsewu itu NU zaman now,” kata Kiai yang memiliki selera humor tinggi ini disambut senyum dan tepuk tangan seluruh yang hadir.
Penilaian itu karena menurutnya, NU Pringsewu mampu mengaplikasikan prinsip al-muhafadzatu alal qadimi shalih wal akhdu bil jadidil ashlah (memepertahankan tradisi yang lama yang baik dan mengambil hal baru yang baik pula).
“NU Pringsewu mampu mengaktualkan kembali kembali tradisi lama yaitu semangat bergotong-royong yang salah satunya adalah mampu mengumpulkan shadaqah sebanyak 92 tumpeng dalam waktu tidak lebih dari 24 jam,” katanya tentang tumpeng yang dikumpulkan dari sedekah warga NU tersebut.
Dosen UIN Raden Intan Bandarlampung ini menambahkan bahwa NU Pringsewu juga mampu merespon globlalisasi dan digitla yang saat ini sedang berlangsung, khususnya di bidang informasi dan teknologi.
“Pringsewu punya karakteristik khusus yang tidak dimiliki kabupaten lain. Syiar NU di Pringsewu terdengar dari berbagai penjuru Indonesia maupun dunia. NU Pringsewu mampu memaksimalkan perkembangan teknologi informasi bagi syiar jam’iyyah,” tuturnya.
Kiai Khairuddin juga mengisahkan perjuangan Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari dan ulama-ulama lainnya dalam mendirikan NU.
“NU lahir tidak berdasarkan perdebatan. Tidak melalui penelitian. Tidak seminar. NU lahir yaitu melalui istikharah dan mujahadah para ulama. NU mampu merangkul semua elemen. Bukan hanya ngurusi yang masih hidup saja. Yang sudah meninggal aja tetap diurusi NU. Hanya NU yang seperti ini. Kalau yang lain, jangankan yang sudah meninggal, yang hidup saja dimusuhi dan disalah-salahkan,” tegasnya.
Dipenghujung kegiatan dilakukan penyerahan 9 bibit tanaman penghijauan kepada seluruh MWC NU di Kabupatrn Pringsewu yang akan didistribusikan ke seluruh Ranting NU. Bibit pohon akasia dan cempaka tersebut diserahkan Rais Syuriyah PCNU Pringsewu KH Ridwan Syuaib secara simbolis. Untuk tahap awal PCNU sudah mendistribusikan 9200 bibit pohon yang bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Lampung.
Selain penyerahan bibit tanaman penghijauan, KH Ridwan Syuaib juga memotong secara simbolis tumpeng tanda wujud syukur atas eksistensi NU yang sampai dengan saat ini sudah berumur 92 tahun. Sebelum tumpeng dipotong, seluruh hadirin menyanyikan lagu Ya Lal Wathan dengan semangat dan kompak. Dengan tangan terkepal para jamaah dengan lantang menyanyikan lagu perjuangan karya Kiai Wahab Hasbullah ini.
Ada 92 tumpeng yang disediakan panitia yang merupakan kerja sama dengan berbagai pihak dan warga NU Kabupaten Pringsewu. Kebersamaan terlihat pada acara yang dinamai grebeg tumpeng 92 tersebut. Seluruh jamaah menikmati tumpeng dengan aneka bentuk kreasi dan berbagai menu.
Menurut Katib Syuriyah PCNU Pringsewu KH Munawir, gotong-royong dan kebahagian seperti ini perlu untuk terus dibudayakan. Saat ini masyarakat sudah merindukan kebersamaan dan kedamaian melalui tradisi-tradisi lama yang patut untuk diteladani.
“Tumpeng merupakan simbol keanekaragaman dan kebersamaan juga kemakmuran. Kita berharap semoga makna filosofi makna tumpeng tersebut dapat terwujud di Pringsewu dan umumnya di NKRI,” harapnya. (Muhammad Faizin)