Pringsewu, Kebijakan Full Day School (FDS) mendapat tentangan dari Himpunan Pengusaha Santri Indonesia (HIPSI) Provinsi Lampung. Sekjen HIPSI Lampung Fathurrahman mengatakan bahwa FDS akan membunuh kreatifitas dan life skill para generasi muda dalam bidang ekonomi dan kewirausahaan.
“Banyak anak didik sepulang sekolah membantu ekonomi keluarganya seperti di bengkel, cetak batu bata atau kalau diperkotaan membuka distro dan rental komputer kecil-kecilan,” katanya Pria yang akrab dipanggil Ustadz Faun ini, Sabtu (12/8/17).
Jiwa kewirausahaan dan kemandirian harus ditanamkan kepada para generasi muda khususnya para pelajar. “Pelajar jangan hanya dibekali dengan teori ekonomi dan akuntansi. Namun mereka perlu untuk mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari. Kalau seharian hanya berkutat disekolah, kapan prakteknya?,” tegasnya.
Selain kesempatan waktu yang dipangkas dan dibatasi untuk mengasah jiwa kewirausahaan, kebijakan FDS menurut alumni Pesantren Al Falah Ploso Jawa Timur ini juga akan berdampak pada kondisi ekonomi masyarakat menengah kebawah.
“FDS tidak tepat diterapkan sebab akan membebani orang tua para pelajar. Sebagai contoh biaya uang saku akan bertambah padahal mayoritas orang tua berada pada kelas ekonomi menengah kebawah, biasanya 2000-5000, bila FDS diterapkan membengkak bisa dua kali lipat karena bertambahnya biaya bekal dan transportasi. Tentu ini memberatkan,” ujarnya.
Oleh karenanya kebijakan FDS menurutnya tidak tepat diterapkan di Indonesia. “Jangan latah menerapkan FDS, dan kepada sekolah yang telanjur menerapkan ini jangan karena gengsi agar dianggap sebagai sekolah yang “mampu” melaksanakan kebijakan ini tanpa melihat sosio ekonomi anak didiknya,” himbaunya.
Lebih jauh Ia mengingatkan bahwa kemandirian hidup generasi muda khususnya dibidang ekonomi pada saat ini akan berpengaruh pada kemandirian bangsa dimasa yang akan datang. Sehingganya perlu dibuat kebijakan yang dapat menumbuhkan life skill dan kewirausahaan bukan malah menjadikan generasi muda malas bekerja. (Muhammad Faizin).