Kata Pepatah Banyak jalan menuju roma. Kata-kata ini menginspirasi kebanyakan kita untuk selalu berikhtiar dan berusaha secara maksimal menuju ke arah cita-cita yang diinginkan.
Demikian juga seorang hamba yang berharap keridloan dan kasih sayang Tuhanya. Mustahil ia menggapainya tanpa bersusah payah dan istiqomah.
Cobaan dan ujian akan mengiringi perjalananya karena setan dan iblis tidak akan pernah rela bila hamba Allah asyik masyuk dengan Rab-nya.
Pertanyaanya, kiat jitu apa saja agar dalam proses panjang ibadah kita pada Allah swt ini tetap dalam bingkai syari’at dan insya Allah selamat?
Yuk kita renungkan kembali mutiara hikmah yang dirangkum dengan apik oleh Buya Sony, Pengasuh Yayasan Darul Hidayah Bulakrejo Sukoharjo Jawa tengah di bawah ini:
5 Pilar Selamat Dunia dan Akhirat
1. Islam
إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الإسْلامُ
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam…,” (QS. Ali ‘Imran : 19)
Makna (ad-Diin) adalah taat dengan penuh ketundukan
Makna (al-Islaam) adalah menyerahkan diri
Artinya, orang yang beragama Islam adalah orang yang menyerahkan diri dengan penuh ketundukan dan ketaatan terhadap aturan Allah
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الإسْلامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Dan barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima(agama itu) daripadanya,dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.”(QS.Al-Imran:85).
Sehingga, adanya pluralitas agama kita anggap sebagai sunnatullah yang niscaya ada dalam kehidupan. Konsekuensinya adalah kita harus senantiasa berhubungan baik dengan siapapun meskipun ia adalah non islam, karena kita memiliki ukhuwwatul basyariyah / insaniyah yaitu persaudaraan antar sesama manusia. Hubungan tersebut memiliki batas dalam urusan dunia. Adapun dalam urusan agama dan keimanan, maka kita harus tetap berpegang teguh kepada agama Islam, sebagai satu-satunya agama yang diterima oleh Allah. Adapun terhadap pemeluk agama lain, kita katakan :
لَكُمْ دِيْنُكُمْ وِلِيَ دِيْن
Bagimu agamu, bagiku agamaku. (QS. Al Kafirun : 6)
2. Ahlussunnah Wal Jama’ah
Apakah Islam saja tidak cukup ? Bukannya gak cukup, tapi ternyata ada yang mengaku beragama Islam tapi memiliki pemahaman yang sesat. Dan pemahaman yang benar terhadap Islam adalah pemahaman Ahlussunnah wal Jama’ah. Mengenai hal ini, Nabi Muhammad saw bersabda :
وَسَتُفَرِّقُ هَذِهِ الْأُمَّةُ عَلَى ثَلاَثِ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً, كُلُّهَا فِى النَّارِ إِلَّا وَاحِدَة, قِيْلَ : مَنْ هِيَ يَارَسُوْلَ الله؟ قَالَ : مَنْ كَانَ عَلَى مِثْلِ مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابيْ. وَفِى رِوَايَةٍ : هِيَ الْجَمَاعَة (رواه المسلم)
Umat ini akan terpecah menjadi 73 golongan, semuanya masuk kedalam neraka, kecuali satu. Para sahabat bertanya, “siapakah ia, Ya Rasulullah ?” Nabi saw bersabda, “yaitu orang yang memiliki pemahaman seperti saya dan para sahabatku.” Di dalam riwayat yang lain, “itulah Al Jama’ah” (HR. Muslim)
لَا تَجْتَمِعُ أُمَّتِيْ عَلَى ضَلَالَةٍ, فَإِذَا رَأَيْتُمْ إِخْتِلَافًا فَعَلَيْكُمْ بِالسَّوَادِ الْأَعْظَم
Umatku tidak akan bersepakat atas kesesatan, maka ketika kamu melihat perbedaan, kamu harus berpegang teguh kepada As Sawaadul A’dzom (golongan terbesar). (HR. Ibnu Majah)
إِنَّ اللهَ قَدْ أَجَارَ أُمَّتِىْ أَنْ تَجْتَمِعَ عَلَى ضَلَالَةٍ
Sesungguhnya Allah benar-benar mencegah umatku untuk bersepakat atas kesesatan. (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah)
خَيْرُ النَّاسِ (أُمَّتِيْ) قَرْنِي ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ
Sebaik-baik manusia (riwayat yg lain : umatku) adalah masaku (masa sahabat), kemudian masa sesudah mereka (masa tabi’in), kemudian masa sesudah mereka lagi (masa tabi’ut tabi’in). (HR. Bukhori)
Dari hadits diatas, yang dimaksut Ahlussunnah Wal Jama’ah adalah paham yang mengikuti Nabi saw, para sahabat rhm, para ulama salaf (sampai tahun 300 H), dan ialah yang menjadi paham mayoritas.
3. Asy’ariyyah
Karena banyak orang yang menisbahkan diri kepada Ahlussunnah, tapi kenyataannya ia hanya mengaku-ngaku. Sebenarnya siapa yang disebut Ahlussunnah ?
إِذَا أُطْلِقَ أَهْلُ السُّنَّةِ فَالْمُرَادُ بِهِ اْلأَشَاعِرَةُ وَالْمَاتُرِيْدِيَّةُ (إتحاف سادات المتقين )
Apabila disebut nama Ahlussunnah, maka maksudnya adalah Asya’irah (para pengikut faham Abul Hasan Al Asy’ari) dan Maturidiyah (para pengikut faham Abu Manshur Al Maturidi (Ithafu Sadatil Muttaqin, Muhammad Az-Zabidi, juz 2, hal. 6)
وَأَمَّا حُكْمُهُ عَلَى الْإِطْلَاقِ وَهُوَ الْوُجُوْبُ فَمُجْمَعٌ عَلَيْهِ فِي جَمِيْعِ الْمِلَلِ وَوَاضِعُهُ أَبُو الْحَسَنِ اَلْأَشْعَرِيُّ وَإِلَيْهِ تُنْسَبُ أَهْلُ السُّنَّةِ حَتَّى لُقِبُوا بِالْأَشَاعِرَةِ
Adapun hukumnya (mempelajari ilmu aqidah) adalah wajib, maka telah disepakati ulama pada semua ajaran. Dan penyusunnya adalah Abul Hasan Al Asy’ari, kepadanyalah dinisbatkan (nama) Ahlussunnah sehingga dijuluki dengan Asya’irah (pengikut faham Abul Hasan AlAsy’ari). (Al Fawakih Ad Duwani, Ahmad An Nafrowi Al Maliki, juz 1,hal. 191)
وَأَهْلُ الْحَقِّ عِبَارَةٌ عَنْ أَهْلِ السُّنَّةِ أَشَاعِرَةٍ وَمَاتُرِيدِيَّةٍ ، أَوْ الْمُرَادُ بِهِمْ مَنْ كَانَ عَلَى سُنَّةِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَيَشْمَلُ مَنْ كَانَ قَبْلَ ظُهُورِ الشَّيْخَيْنِ أَعْنِي أَبَا الْحَسَنِ الْأَشْعَرِيَّ وَأَبَا مَنْصُورٍ الْمَاتُرِيدِيَّ
Dan Ahlul Haqq (orang-orang yang berjalan di atas kebenaran) adalah gambaran tentang Ahlussunnah Asya’irah dan Maturidiyah, atau maksudnya mereka adalah orang-orang yang berada di atas sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka mencakup orang-orang yang hidup sebelum munculnya dua orang syaikh tersebut, yaitu Abul Hasan AlAsy’ari dan Abu Manshur AlMaturidi. (Hasyiyah Al-’Adwi, Ali AshSho’idi Al-’Adwi, juz 1, hal. 316)
Ulama pengikut Imam Asy’ariy :
1.Abu al-Hasan al-Bahili, Abu Sahl ash-Shu’luki (w 369 H)
2.Abu Sa’ad ibn Abi Bakr al-Isma’ili al-Jurjani (w 396 H),
3.al-Qâdlî Abu Bakar Muhammad al-Baqillani (w 403 H),
4.Abu Abdillah al-Hakim an-Naisaburi; penulis kitab al-Mustadrak ‘Alâ ash-Shahîhain,al-Hâfizh Abu Nu’aim al-Ashbahani penulis kitab Hilyah al-Auliyâ’ Fî Thabaqât al-Ashfiyâ’ (w 430 H),
5.Abu Manshur Abd al-Qahir ibn Thahir al-Baghadadi (w 429 H) penulis kitab al-Farq Bayn al-Firaq,
6.Abu Muhammad Abdulah ibn Yusuf al-Juwaini; ayah Imam al-Haramain (w 434 H),
7.al-Hâfizh Abu Bakr Ahmad ibn al-Husain al-Bayhaqi; penulis Sunan al-Bayhaqi (w 458 H), dan Abu Iran al-Fasi.
8.Abu al-Qasim Abd al-Karim ibn Hawazan al-Qusyairi penulis kitab ar-Risâlah al-Qusyairiyyah (w 465 H),
9.Abu al-Ma’ali Abd al-Malik ibn Abdullah al-Juwaini yang lebih dikenal dengan Imam al-Haramain (w 478 H)
10.Abu al-Wafa’ Ali ibn Aqil al-Hanbali (w 513 H) pimpinan ulama madzhab Hanbali di masanya,
11.Abu Hamid Muhammad ibn Muhammad al-Ghazali (w 505 H),
12.as-Sayyid Ahmad ar-Rifa’i (w 578 H) perintis tarekat ar-Rifa’iyyah,
13.as-Sulthân Shalahuddin al-Ayyubi (w 589 H) yang telah memerdekakan Bait al-Maqdis dari bala tentara Salib,
14. Izuddin ibn Abd as-Salam Sulthân al-‘Ulamâ’ (w 660 H),
15.Jamaluddin Mahmud ibn Ahmad al-Hashiri (w 636 H) pempinan ulama madzhab Hanafi di masanya,
16.Muhammad ibn Ahmad al-Qurthubi penulis kitab Tafsir al-Jâmi’ Li Ahkâm al-Qur’ân atau lebih dikenal dengan at-Tafsîr al-Qurthubi (w 671 H),
17.al-Hâfizh Yahya ibn asy-Syaraf an-Nawawi; penulis al-Minhâj Bi Syarh Shahîh Muslim ibn al-Hajjâj (w 676 H),
18.Taqiyyuddin Abu Bakr al-Hishni ibn Muhammad; penulis Kifâyah al-Akhyâr (w 829 H),
19.Amîr al-Mu’minîn Fî al-Hadîtsal-Hâfizh Ahmad ibn Hajar al-Asqalani; penulis kitab Fath al-Bâri Syarh Shahîh al-Bukhâri (w 852 H),
20.Badruddin Mahmud ibn Ahmad al-Aini; penulis ‘Umdah al-Qâri’ Bi SyarhShahîh al-Bukhâri (w 855 H),
21.al-Hâfizh Jalaluddin Abd ar-Rahman ibn Abu Bakr as-Suyuthi (w 911 H),
22.Syihabuddin Abu al-Abbas Ahmad ibn Muhammad al-Qasthallani; penulis Irsyâd as-Sâri Bi Syarh Shahîh al-Bukhâri (w 923 H),
23.Zakariyya al-Anshari (w 926 H),
24.Abd al-Wahhab asy-Sya’rani (w 973 H),
25.Syihabuddin Ahmad ibn Muhammad yang dikenal dengan sebutan Ibn Hajar al-Haitami (w 974 H),
26.Burhanuddin Ibrahim ibn Ibrahim ibn Hasan al-Laqqani; penulis Nazham Jawharah at-Tauhîd (w 1041 H),
27.as-Sayyid Abdullah ibn Alawi al-Haddad al-Hadlrami al-Husaini; penulis Râtib al-Haddâd (w 1132 H),
Ulama-Ulama TOP merupakan pengikut Imam Asy’ari dalam aqidah, jadi masih berani menyesatkan Asy’ariyyah ?
4. Syafi’iyyah
Dalam hal fiqih, terdapat pilihan 4 madzhab, yaitu Hanafi, Maliki, Syafi’i, Hambali. Ikut salah satu, selamat. Tapi ingat, jangan sampai talfiq, yaitu menggabungkan madzhab seenaknya, maka jadinya kita membuat madzhab yang kelima, yaitu madzhab SAMIDI. Whahaha. Dan di Indonesia, kita telah dipilihkan oleh para Ulama untuk mengikuti Imam Syafi’i, jadi bagi anda yang belajar dimanapun, bijaklah dalam berdakwah dengan menggunakan madzhab Syafi’i agar tidak membuat kebingungan di tengah masyarakat.
إِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ, إِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوْرِثُ دِيْنَارًا وَلَا دِرْهَمًا, إِنَّمَا وَرِثُوْا الْعِلْمَ.
Sesungguhnya Ulama adalah pewaris Nabi, dan Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, akan tetapi mewariskan Ilmu. (HR. Tirmidzi)
مَنْ قَالَ فِى الْقُرْأنِ بِرَأْيِهِ, فَليَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّار
Barangsiapa berbicara mengenai (kandungan) Al Quran dengan pikirannya sendiri, maka hendaknya ia mengambil tempatnya di neraka. (HR. Bukhori)
Penganut Madzhab Syafi’i :
1.Imam Abu Ja’far At Tirmidzi
2.Imam Bukhori
3.Imam Muslim
4.Imam Junaid Al Baghdadi
5.Imam Ad Darimi
6.Imam Abu Dawud
7.Imam Ibnu Majah
8.Imam at Thobari (224 – 305 H)
9.Imam Asy’ari (w. 324 H)
10.Imam Daruquthni (w. 385 H)
11.Imam Hakim (w. 405 H)
12.Imam Baihaqi (w. 458 H)
13.Imam Ghozali (w. 505 H)
14.Imam Syihabuddin Abu Syuja’ (w. 593)
15.Imam Rafi’i (w. 623 H)
16.Imam Nawawi (w. 676 H)
17.Imam Ibnu Katsir (w. 774 H)
18.Imam al Mahalli (w. 835 H)
19.Imam Ibnu Hajar Al Asqolani (w. 852)
20.Imam Suyuthi (w. 911 H)
21.Imam Ibnu Hajar Al Haitami (w. 974 H)
22.Imam Zainuddin Abdul Aziz Al Malibari (w. 987 H)
23.Imam Romli (w. 1004 H)
Jadi, jangan sampai ada kata-kata, “Aku gak mau ikut Imam Syafi’i, maunya Hadits Bukhori.” Karena faktanya Imam Bukhori pun merupakan pengikut madzhab syafi’i. Nah loo.
5. Shufiyyah
Adalah pengikut dan pengamal Tasawuf. Tasawuf ialah sebuah wadah ilmu yang mengajarkan tentang akhlaq.
قَالَ مَا الْإِحْسَان قَالَ أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ, فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ
Malaikat Jibril bertanya, “Apakah itu Ihsan?”, Nabi Muhammad saw menjawab, “Ihsan adalah kamu beribadah seakan-akan kamu dapat melihat Allah, apabila kamu tidak dapat melihat Allah maka yakinlah bahwa Allah melihatmu. (HR. Bukhori)
Pendapat Imam Syafii tentang Tasawwuf :
فَقِيْهاً وَصُوْفِياً فَكُنْ لَيْسَ وَاحِدًا فَإِنِّــيْ وَحَـقُّ اللهِ إِيـَّاكَ أَنْصَحُفَذَلِكَ قَاسٌ لَمْ يَذُقْ قَلْبُهُ تُقًــى وَهَذَا جُهُوْلٌ كَيْفَ ذُو الْجَهْلِ يَصْلَحُ
“Jadilah kamu seorang ahli fiqih yang bertasawwuf jangan jadi salah satunya, sungguh dengan haq Allah aku menasehatimu. Jika kamu menjadi ahli fiqih saja, maka hatimu akan keras tak akan merasakan nikmatnya taqwa. Dan jika kamu menjadi ahli tasawuf saja, maka sungguh orang yang teramat bodoh, maka orang bodoh tak akan menjadi baik” (Diwan Imam Syafi’i halaman : 19)
Islam
Ahlussunnah wal Jama’ah
Asy’ariyyah
Syafi’iyyah
Shufiyyah
Salam selamat !
(junaSr)