Kehadiran Islam Mendamaikan Bumi Di Nusantara

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam di Indonesia baik secara historis maupun sosiologis sangat kompleks, terdapat banyak masalah, misalnya tentang sejarah dan perkembangan awal Islam. Harus di akui bahwa penulisan sejarah Indonesia di awali oleh golongan orientalis yang sering ada usaha untuk meminimalisasi peran Islam, disamping usaha para sarjana muslim yang ingin mengemukakan fakta sejarah yang lebih jujur.

Suatu kenyataan bahwa kedatangan Islam ke indonesia dilakukan secara damai. Berbeda dengan penyebaran Islam di timur tengah yang dalam beberapa kasus disertai dengan pendudukan oleh wilayah militer. Islam dalam batas tertentu disebarkan oleh para pedagang, kemudian dilanjutkan oleh para Da’i dan para pengenbara sufi. Orang yang terlibat dalam dakwah pertama itu tidak bertendensi apapun selain bertanggung jawab menunaikan kewajiban tanpa pamrih, sehingga nama mereka berlalu begitu saja. Karena wilayah Indonesia sangat luas dan perbedaan kondisi dan situasi maka wajar kalau terjadi perbedaan pendapat tentang kapan, dari mana, dan dimana pertama kali Islam datang ke Indonesia.[1]

Sebut saja teori Gujarat yang dipopulerkan oleh Snouk Hurgronje,seorang orientalis terkemuka Belanda yang melihat para pedagang kota pelabuhan Dakka di India Selatan sebagai pembawa Islam ke wilayah nusantara. Teori Snock Hurgronje ini lebih lanjut dikembangkan oleh Morrison pada 1951. Dengan menunjuk tempat yang pasti di India, ia menyatakan dari sanalah Islam datang ke nusantara. Ia menunjuk pantai Koromandel sebagai pelabuhan tempat bertolaknya para pedagang muslim dalam pelayaran mereka menuju nusantara.[2]

Beda lagi dengan Hamka yang mengkritik teori Gujarat bahwa Islam masuk ke nusantara berasal dari Makkah, disebut dengan teori Makkah. Hamka berpandangan bahwa peranan bangsa arab sebagai pembawa agama Islam ke Indonesia berasal dari Makkah sebagai pusat pengkajian keislaman pada masa itu; atau juga dari Mesir. Artinya, Gujarat hanyalah sebagai tempat singgah semata ulama penyebar Islam di nusantara.[3]

Lain lagi dengan teori Benggali yang dikembangkan Fatimi menyatakan bahwa Islam datang dari Benggali (Bangladesh). Dia mengutip keterangan Tome Pires yang mengungkapkan bahwa kebanyakan orang terkemuka di Pasai adalah orang Benggali atau keturunan mereka.[4]

Pendapat lainnya, berdasarkan teori Persia yang dibangun teorinya oleh Hoesein Djayadiningrat. Pandangannya berdasarkan tradisi Islam di nusantara kental dengan tradisi Persia. Seperti peringatan 10 Muharram atau Asyura, bubur Syura dan lain sebagainya. Pendapat selanjutnya, teori China yang dipopulerkan Sayyid Naquib Alatas, bahwa berpandangan muslim Canton China bermigrasi ke Asia Tenggara sekitar tahun 867 M, sehingga hijrahnya muslim Canton banyak yang singgah di Palembang, Kedah, Campa, Brunai, dan pesisir timur tanah melayu (Patani, Kelantan, Terengganu dan Pahang) serta Jawa Timur.[5]

PEMBAHASAN

A. Alur Perjalanan Dakwah di Nusantara

Sejak zaman prasejarah, penduduk kepulauan Indonesia dikenal sebagai pelayar-pelayar yang sanggup mengarungi lautan lepas. Sejak awal masehi sudah ada rute-rute pelayaran dan perdagangan antara kepulauan Indonesia dengan berbagai daerah di daratan Asia Tenggara.[6][7]

Indonesia dikenal sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Padahal jika kita melihat sejarah lahirnya Islam yang dibawa oleh para Nabi, Nusantara tidak begitu dikenal. Namun berkat kegigihan para dai dan ulama, perkembangan Islam begitu pesat sampai saat ini. Dakwah yang mereka lakukan adalah dakwah dengan cara damai bukan dengan paksaan ataupun kekerasan. Selain itu Islam merupakan agama yang nyata akan kebenarannya, rasional, mengajarkan kedamaian dan persamaan derajat.

Islam itu sesungguhnya masuk ke Nusantara dalam fase yang sangat awal pada di abad ke-7 atau 1H, dibawa oleh pedagang dari Arab. Saat itu para saudagar Muslim selain berniaga, juga ingin melaksanakan kewajibannya sebagai muslim yakni menyampaikan ajaran Islam kepada orang lain. Sebagai motivasinya adalah hadis Nabi : “ Sampaikan apaapa yang berasal dariku walaupun hanya satu ayat”.

Dakwah dari saudagar muslim di sambut baik oleh masyarakat, maka dengan cepat ajaran islam dianut oleh masyarakat. Hal ini disebabkan para saudagar mempunyai sikap yang sopan, ramah, dan penampilannya yang simpatik sebagai pancaran keimanan yang dimilikinya, serta memiliki keahlian di atas produk asli. Mereka mempunyai kebiasaan hidup bersih, rapi dan ramah terhadap orang lain. Karenanya banyak yang masuk islam dengan sukarela, merka tidak hanya dari kalangan masyarakat awam tetapi juga dari kalangan rajaraja yang berperan sebagai Syah Bandar. Raja-raja tersebut tidak hanya memeluk islam tetapi juga ikut menyebarkan dan membantu penyiarannya dan berkembang di abad ke 13.[8]

Jadi awal masuk Islam, bahkan pernah tercatat dalam sejarah. Sa’id bin Abi Waqqas itu dalam satu ekspedisi pernah ikut sampai ke kota Baros, 414 km dari kota Medan.[9] Di kota Baros dari awal abad ke-7 sudah ada dan sudah masuk bersamaan. Tidak benar kalau agama pertama di Nusantara itu Hindu kemudian Islam itu datang. Karena Islam datang dengan agama Hindu itu bersamaan, baik Hindu maupun Islam secara bersamaan, ada dalam dakwah, dan di situ disebarkan. Dan yang datang itu bukan hanya pedagang-pedagang dari Arab. Orang-orang Arab yang datang itu, baik dari Hadramautm, yang dari Yaman, dan sebagainya, itu dibekali. Dibekali ilmu dalam misi dakwah, dipetakan daerahnya, dia kembali, dia catat. Kemudian dibekali misi dakwah, mereka berdagang sambal menyebarkan nilai-nilai keislaman. Sampai puncaknya berdirilah kemudian kesultanan-kesultanan, kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara dari mulai Sabang sampai dengan Merauke, dari Sumatra sampai ke ujung bagian timur. Bahkan di timur ada yang terkenal dengan kerajaan- kerajaan Islam. Dalam Bahasa Arab kerajaan disebut dengan rajanya (Maliq) kerajaanya (Mulk). Dalam Bahasa local disebut Maluku. Maluku itu asalnya dari Bahasa Arab yang ada kerajaan-kerajaan Islam. Karena disitu ada Ternate, Tidore, Bacan, Ambon dan termasuk sampai ke Papua, kemudian dimasa-masa abad ke-13, yang harus di ketahui bahwa abad ke 13 itu bukan awal masuknya Islam, tapi penguatan nilai-nilai ke Islamannya.

Jadi orang tua dulu merintis membawa Islam, kemudian ulama setelahnya mengjarkan nilai-nilai ke Islaman yang benar. Bagaimana cara Sholat, bertauhid dengan baik. Karna pada waktu itu masih di perkenalkan, karna ada orang mengenal Islam tapi belum bisa Sholat dengan baik.

Maka di utus lah kemudian oleh sultan Turki pada saat itu kisaran tahun 1400-an di kirimkan para ulama-ulama. 1400-an di awal masa ke-13 dari 1200 bahkan 1200-1400-an. Ulama yaitu orang yang dekat dengan Allah SWT, yang paham dengan sistem kehidupan, dan tahu tentang fiqih dakwah dalam Bahasa arab. Orang yang mempunyai ilmu dan dekat dengan allah SWT itu bukan hanya disebut dengan ulama tapi wali. Jamaknya Aulia dalam Q.S Al-Baqarah ayat 257 :

ٱللَُّه وَلِيُُّٱلَذِينَُُءَامَنهواْ يهخۡرِ هج ههمُ مِنَُٱلظُّلهمََٰتُِ إلِىَ ٱلنُّو رُِ وَُٱلَذِينَُُكَف هرَوٓاْ أوَۡلِياَ هؤٓهه هم ٱلطََٰغهو هتُ يهخُۡرِ هجونَ ههمُ مِنَُ

ٱلنوُّرُِ إِلَىُٱلظُّلهمََٰ تُُِأهوْلََٰٓئِكَ أصَۡحََٰ هب ٱلنَا رُِ ههمُۡفِيهَاُخََٰلِدهونَُُ٢٥٧ُ

Wali songo (wali Sembilan) adalah sebuah majelis dakwah yang pertama kali didirikan oleh Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim) pada tahun 1404 M (808 H). Para Wali Songo adalah pembaharu masyarakat pada masanya, pengaruh mereka begitu besar mulai dari kesehatan, bercocok tanam, perniagaan, kebudayaan, kesenian, kemasyarakatan hingga kepemerintahan.

Agama Islam berkembang disebarkan oleh berbagai golongan, yakni para pedagang, mubaligh, sufi dan para wali. Para wali menyebarkan Islam di Nusantara, khususnya di tanah

Jawa. Di antara sekian banyak wali, yang terkenal adalah wali songo atau wali sembilan.[10]

  1. Sunan Maulana Malik Ibrahim disebut juga Syeikh Maghribi. Diduga berasal dari Persia dan berkedudukan di Gresik.
  2. Sunan Ampel disebut juga Raden Rahmat. Beliau berkedudukan di Ampel, Surabaya.
  3. Sunan Bonang disebut juga Raden Maulana Makdum Ibrahim. Putra dari Raden Rahmat (Sunan Ampel). Ia tinggal di Bonang, dekat Tuban.
  4. Sunan Giri yang disebut juga Prabu Satmata atau Sultan Abdul Fakih yang semula bernama Raden Paku, berkedudukan di Bukit Giri, dekat Gresik.
  5. Sunan Drajat disebut juga dengan nama Syarifuddin. Beliau juga putra dari Sunan Ampel dan berkedudukan di Drajat, dekat Sedayu, Surabaya.
  6. Sunan Gunung Jati disebut juga Syarif Hidayatullah atau Syeikh Nurullah berasal dari Pasai, sebelah utara Aceh yang berkedudukan di Gunung Jati, Cirebon
  7. Sunan Kudus disebut juga Ja’far Sodiq. Putra dari Raden Usman Haji yang bergelar Sunan Ngandung di Jepang Panolan, berkedudukan di Kudus.
  8. Sunan Kalijaga nama aslinya adalah putra Temenggung Wilatikta, Bupati Tuban yang berkedudukan di Kadilangu, dekat Demak.
  9. Sunan Muria atau Raden Umar Said adalah putra dari Sunan Kalijaga berkedudukan di Gunung Muria, Kudus.

B. Teori tentang masuknya Islam ke Nusantara

1. Teori Mekah

Menurut teori ini proses masuknya Islam adalah langsung dari Mekah atau Arab yang terjadi pada abad pertama hijriyah atau abad ke-7 Masehi. Para pedagang dari Timur Tengah memiliki misi dagang sekaligus berdakwah. Bahkan berdakwah menjadi motivasi utama mereka datang ke Indonesia.[11][12]

2. Teori Gujarat

Teori ini mengatakan bahwa kedatangan Islam ke Indonesia berasal dari Gujarat pada abad ke 7 H atau abad ke 13 M. Gujarat terletak di India bagian Barat, berdekatan dengan laut Arab.[13]

3. Teori Persia

Teori ini mengatakan bahwa kedatangan Islam ke Indonesia berasal dari daerah

Persia atau Parsi (sekaran Iran). Sebagai buktinya, ada kesamaan tradisi merayakan 10 Muharram atau Asyuro.[14]

4. Teori Cina

Menurut teori ini mengatakan bahwa kedatangan Islam di Indonesia berasal dari pedagang Cina. Sebagai buktinya, raja Islam pertama di pulau jawa yaitu Raden Patah dari Bintoro Demak, merupakan keturunan Cina.[15]

Semua teori di atas masing-masing memiliki kelemahan dan kelebihan tersendiri. Tidak ada kemutlakan dan kepastian yang jelas dalam masing- masing teori tersebut. Meminjam istilah Azyumardi Azra, sesungguhnya kedatangan Islam ke Indonesia datang dalam kompleksitas; artinya tidak berasal dari satu tempat, peran kelompok tunggal, dan tidak dalam waktu yang bersamaan.

C. Kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara

1. Kerajaan Samudera Pasai

Pada abad ke 13 M berdirilah kerajaan Samudera Pasai, kerajaan ini didirikan oleh Sultan Malik Al Shaleh. Letak kerajaan Samudera Pasai sendiri berada di Aceh Utara tepatnya di kabupaten Lhokseumawe. Kerajaan Samudera Pasai sendiri di percaya sebagai Kerajaan Islam pertama di Indonesia. Dalam sejarahnya, Islam masuk ke kerajaan ini di perkirakan pada abad ke 12 M.

2. Kerajaan Aceh Darussalam

Kesultanan Aceh atau Kerajaan ini berdiri pada tahun 1514 dan di dirikan oleh Sultan Ibrahim. Kerajaan ini mencakup daerah bekas kerajaan Samudera Pasai dan Aceh Besar. Agama Islam sendiri sudah masuk ke kerajaan ini dari abad ke 12 M.

Masjid Baiturrahman
Peninggalan Kerajaan Aceh Darussalam

3. Kerajaan Perlak

Diperkirakan pada tahun 225H/840 M yang awalnya kerajaan tersebut dikuasai oleh Maharaja Pho Hela Syahir Wuwiatan Meurah Perlak Syahir Wuwi yaitu putra raja Siam sebagai penganut Budha. Perubahan dari kerajaan Budha menjadi Islam dimulai tahun 173 H / 800 M. Kerajaan ini terletak di pesisir Timur Aceh.

Salah Satu makan kerajaan Perlak

4. Kerajaan Demak

Kerajaan ini di pimpin oleh Raden Patah dan berdiri pada tahun 1475- 1518. Memiliki daerah kekuasaan  di daerah Demak, kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa di daerah Bintaro. Islam di percaya sudah ada sejak kepemimpinan Raden Patah yakni tahun 1478. Perkembangan Islam di Jawa dapat berkembang pesat karena peranan Walisongo.

Masjid Agung Demak Dulu dan Sekarang

5. Kerajaan Islam Pajang

Kerajaan ini kelanjutan dari kerajaan Demak sebagai pemegang kendali kekuasaan kerajaan Islam Jawa setelah Demak. Terletak di daerah Kartasura dekat Surakarto atau Solo Jawa Tengah. Didirikan oleh sosok yang namanya cukup familiar yakni Jaka Tingkir atau Sultan Adi Wijaya pada tahun 1568. Daerah kekuasaannya sendiri melingkup daerah bekas kerajaan Demak dan sebagian daerah Jawa Tengah. Kerajaan ini sendiri memeluk Islam sejak tahun 1478.

Masjid Laweyan Terkenal bekas pure umat Budha yang dijadikan masjid

6. Kesultanan Mataram

Yaitu yang didirikan oleh Sutawijaya, keturunan dari Ki Ageng Pemanahan. Raja yang terkenal pada saat itu yaitu Mas Rangsang bergelar Sultan Agung Hanyokrokusumo yang berekspansi untuk mencari pengaruh di Jawa. Setelah wafat ( dimakamkan di Imogiri), kemudian digantikan oleh putranya yang bergelar Amangkurat I.

7. Kerajaan Islam di Sulawesi

Yaitu Kerajaan Gowa dan Tallo yang berdiri sejak abad ke-13, kemudian di kenal sebagai Kerajaan Makasar. Kerajaan ini juga salah satu Kerajaan tertua dan terbesar di wilayah Sulawesi Selatan. Diantara peninggalannya yaitu Fort Rotterdam.

8. Kerajaan Islam Cirebon

Kerajaan Islam Cirebon berdiri pada tahun 1430 oleh Raden Fatahillah. Kekuasaannya meliputi sebagian Jawa Barat, di percayai bahwa Islam telah ada sejak terbentuknya kerajaan.

9. Kerajaan Islam Banten

Didirikan oleh Maulana Hasanuddin pada tahun 1526 di Banten, Kerajaan ini berwilayah dari bekas Kerajaan Cirebon,Wilayah Banten hingga sebagian wilayah Lampung. Kerajaan ini telah memeluk Islam semenjak tahun 1430.

Kemegahan kesultanan Banten

10. Kerajaan Islam Banjar

Kerajaan Islam Banjar didirikan oleh Raden Samudra pada tahun 1520. Letak Kerajaan ini adalah di sebagian Provinsi Kalimantan Selatan. Islam sudah ada sejak terbentuknya Kerajaan.

Kerajaan Banjar saat ini

11. Kerajaan Tanjung Pura

Kerajaan Tanjung Pura dipimpin pertama kali oleh raja brawijiya dari tahun 1454. Wilayah kekuasaannya berada di sebagian daerah Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan. Pada 1590 Kerajaan ini memeluk Islam saat dipimpin raja Giri Kesum.

12. Kerajaan Islam Ternate

Kerajaan Islam Ternate didirikan oleh Baab Mashur Malamo pada tahun 1257. Islam sudah ada sejak tahun 1456 saat kepemimpinan Kolano Marhum.

13. Kerajaan Islam Tidore

Kerajaan Islam Tidore dipimpin pertama kali oleh Kolano Syahjati dari tahun 1081. Dalam sejarahnya, kerajaan ini mulai memasuki Islam pada kepemimpinan Sultan Djamaluddin pada tahun 1495.

14. Kerajaan Islam Makassar

Kerajaan Islam Makassar  pertama kali dipimpin oleh Suktan Alauddin pada tahun 1591. Dalam sejarahnya, kerajaan ini sudah memeluk agama Islam sejak pertama kali dibentuk daerah kekeuasaan Islam Makassar.

Kerajaan Makasar

 

D. Kebudayaan Nusantara

Berbicara tentang Nusantara dan Indonesia yang merupakan secara singkat keduanya merujuk pada satu wilayah, namun pada situasi dan kondisi yang berbeda. “Nusantara” mewakili nama masa-masa awal keberadaan wilayah yang kini bernama Indonesia. Nusantara berasal dari dua kata nusa dan antara. Nusa berarti pulau atau tanah air, sedangkan antara berarti jarak, sela, selang, di tengah-tengah dua benda. Kedua kata ini kemudian digabung dengan membuang huruf “a” pada kata “antara”, sehingga menjadi Nusantara.[16] Dengan pengertian itu, Nusantara berarti pulau-pulau yang terletak di antara dua, tepatnya di antara dua benua yaitu Asia dan Australia. Dan di antara dua lautan yaitu India dan Pasifik. Penamaan demikian tak lain karena banyaknya pulau di Nusantara yang berjumlah kurang lebih 17.000 pulau.

Sementara itu, kata “Indonesia” berasal dari bahasa latin yaitu indus yang berarti India dan nesos dalam bahasa Yunani kuno berarti pulau. George S.W Earl, seorang etnolog

Inggris pada tahun 1850 mengusulkan istilah Indunesians. Salah seorang muridnya bernama James Richardson Logan menggunakan perkataan Indonesia sebagai sinonim dari Indian Archipelago. Tetapi, Adolf Bastian yang mempopulerkan nama “Indonesia” dalam bukunya yang berjudul Indonesien Oder Die Inseln des Malayichen Archipels. Adapun tokoh Indonesia yang mempopulerkan nama Indonesia adalah Ki Hajar Dewantara ketika mendirikan biro pers di negeri Belanda dengan nama Indonesisch pers-Bureau pada tahun 1913, meskipun Ki Hajar Dewantara sendiri tidak memaksudkan Indonesia itu sebagai sebuah bangsa atau negara. Tetapi menurut syafi’i Ma’arif, Ki Hajar Dewantara adalah seorang futurolog yang mampu memprediksi masa depan Indonesia yang kelak menjadi nama bagi negara Indonesia ini.[17]

Berbicara tentang Indonesia yang dikenal sebagai negara dengan beragam budayanya yang tumbuh dan berkembang dalam sendi kehidupan masyarakat hingga kini belum mencapai puncaknya. Sebab kebudayaan yang mempunyai sifat dinamis dan tidak terbatas ruang dan waktu. Sebelum Islam hadir ditengah- tengah masyarakat Indonesia, kala itu masyarakat Indonesia berkeyakinan animisme dan dinamisme sebuah refleksi dari agama Hindu Budha. Muncul dan berkembangnya Islam di Indonesia tidak dapat luput dari pertautan sejarah yang panjang. Beragam bentuk kebudayaan dan praktek keagamaan membaur menjadi warna khas bagi bangsa Indonesia ini. Berangkat dari hal tersebut, maka sulit kekayaan budaya lokal dicabut dari akarnya begitu saja, bahkan oleh sistem budaya ataupun strategi apapun.

Kebudayaan mempunyai pengertian yang sama dengan istilah kultur dalam arti sebagai usaha dari otak manusia atau akal budi manusia. Dalam istilah Antropologi budaya, perbedaan arti antara kata budaya dengan kebudayaan ditiadakan. Kata “budaya” hanya dipakai sebagai suatu singkatan dari kebudayaan dengan arti yang sama.12 Kebudayaan adalah hasil dari cipta, rasa dan karsa manusia. Kebudayaan dapat diartikan sebagai perkembangan kecerdasan akal pada umumnya pada suatu masa atau daerah, sedangkan menurut ilmu Antropologi kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.[18]

Seorang antropolog bernama Clifford Geertz mengemukakan bahwa agama merupakan sistem budaya yang dipengaruhi oleh berbagai proses perubahan sosial dan dengan sendirinyan mampu mempengaruhi perubahan sistem budaya. Jauh sebelum datangnya agama Islam bangsa Indonesia menganut kepercayaan Animisme dan Dinamisme. Keduanya berpengaruh sangat kuat pada diri masyarakat. Keyakinan tersebut sedikit banyak masih dilaksanakan di beberapa wilayah. Ketegori perkembangan budaya di Indonesia dapat dilihat sesuai dengan periodenya yaitu pra-perkembangan budaya (animisme dan dinamisme), perkembangan budaya Hindu, perkembangan budaya Budha, dan perkembangan budaya

Islam, antara lain:

1. Kepercayaan Animisme

Kepercayaan Animisme adalah suatu kepercayaan tentang adanya roh atau jiwa pada benda-benda, tumbuh-tumbuhan, hewan dan juga pada manusia sendiri. Kepercayaan seperti itu adalah agama mereka yang pertama. Semua yang bergerak dianggap hidup dan mempunyai kekuatan gaib atau memiliki roh yang berwatak buruk maupun baik.[19] Dengan kepercayaan tersebut mereka beranggapan bahwa di samping semua roh yang ada, terdapat roh yang paling berkuasa dan lebih kuat dari manusia. Dan agar terhindar dari roh tersebut mereka menyembahnya dengan jalan mengadakan uapacara disertai sesaji.

Pertama, pelaksanaan upacara dilakukan oleh masyarakat Indonesia adalah agar keluarga mereka terlindung dari roh jahat. Mereka meminta berkah kepada roh. Mereka membuat beberapa monumen yang terbuat dari batu-batu besar yang kurang halus pengerjaannya sebagai tempat pemujaan untuk memuja nenek moyang serta menolak perbuatan hantu yang jahat.17 Arwah yang pernah hidup pada masa sebelumnya dianggap banyak jasa dan pengalamannya sehingga perlu dimintai berkah dan petunjuk. Cara yang ditempuh untuk menghadirkan arwah nenek moyang adalah dengan mengundang orang yang sakti dan ahli dalam bidang tersebut, yang disebut perewangan untuk memimpin acara. Mereka juga membuat patung nenek moyang agar arwah roh nenek moyang masuk dalam patung tersebut dengan bantuan dan upaya perewangan tersebut.

Sebagai kelengkapan upacara tersebut mereka menyiapkan sesaji dan membakar kemenyan atau bau-bauan lainnya yang digemari nenek moyang. Mereka menyempurnakan upacara tersebut dengan bunyi-bunyian dan tari-tarian agar arwah nenek moyang yang dipanggil menjadi gembira dan berkenan memberikan berkah kepada keluarganya. Sisa-sisa upacara keagamaan semacam itu masih dapat dijumpai dalam kehidupan masyarakat Jawa sekarang. Namun, upacara tersebut telah berubah fungsinya menjadi kesenian rakyat tradisnional misalnya pertunjukan wayang.

Upacara kematian secara berurutan diadakan antara lain slametan atau geblak yang diadakan pada saat meninggalnya seseorang. Slametan nelung dino yaitu upacara selamatan kematian yang diadakan pada hari ke tiga susudah saat meninggalnya seseorang. Slametan mitung dino yaitu upacara selamatan saat sesudah meninggalnya seseorang yang jatuh pada hari ke tujuh. Kemudian slametan matang puluh dino atau empat puluh harinya. Slametan nyatus atau seratus harinya, slametan mendak sepisan dan mendak pindo yaitu setahun atau dua tahunnya. Slametan nyewu atau ke seribu harinya, slametan nguwis-uwisi atau peringatan saat kematian seseorang untuk yang terakhir kalinya. Upacara selamatan dan pertunjukan tari-tarian tradisional serta pertunjukan wayang adalah sisa-sisa tindakan keagamaan peninggalan zaman animisme yang terus dianut dan dilaksanakan sebagai tradisi sampai saat ini.

Kedua, tindakan keagamaan lainnya sebagai sisa peninggalan zaman animisme adalah pemberian sesaji pada roh yang berdiam di pohon-pohon beringin atau pohon besar yang berumur tua, di sendang-sendang atau tempat mata air, di kuburan-kuburan tua dari tokoh yang terkenal pada masa lampau atau tempat-tempat lainnya yang dianggap keramat dan mengandung kekuatan gaib atau angker.

Agar dapat menarik simpati roh-roh yang berdiam di tempat angker tersebut, maka pada waktu tertentu dipasang sesaji berupa sekedar makanan kecil dan bunga. Sesaji diselenggarakan untuk mendukung kepercayaan mereka terhadap adanya kekuatan makhluk-makhluk yang diam ditempat di tempat-tempat tersebut agar tidak mengganggu keselamatan, ketentraman, dan agar tidak mengganggu kebahagiaan keluarga yang bersangkutan. Sesaji kepada roh-roh dibuat pada hari-hari tertentu yang dianggap baik atau rumit, misalnya pada malam kliwon.

2. Kepercayaan Dinamisme

Kepercayaan dinamisme adalah kepercayaan setiap benda mempunyai kekuatan seperti gunung, bebatuan, dan sebagainya.[20] Masyarakat Indonesia mempercayai bahwa apa yang telah mereka bangun adalah hasil dari adaptasi pergulatan dengan alam. Kekuatan alam disadari merupakan penentuan dari kehidupan seluruhnya. Keberhasilan pertanian tergantung dari kekuatan alam, matahari, hujan, angin, hama, tetapi mereka masih mempercayai kekuatan dibalik semua kekuatan alam itu.

Berbagai ritual keagamaan dilaksanakan agar semua kekuatan alam yang akan mempengaruhi kehidupan dirinya. Misalnya laku prihatin atau merasakan perih ing batin dengan cara cegah dahar lawan guling (mencegah makan dan mengurangi tidur), mutih (hanya makan makanan yang serba putih seperti makan nasi putih dan minum air putih), dan berpuasa pada hari weton atau pada hari kelahiran. Usaha untuk menambah kekuatan batin itu sendiri dilakukan pula dengan cara menggunakan benda-benda bertuah dan berkekuatan seperti jimat berupa keris atau benda-benda yang dianggap keramat.

3. Perkembangan Budaya Islam

Pengaruh Islam dalam masyarakat di pesisir utara pulau Jawa lebih menonjol dibandingkan dengan penduduk Jawa di pesisir selatan. Hal ini menunjukkan hubungan perdagangan di pulau Jawa saat itu cukup ramai, sehingga Islam lebih banyak meresap, sedangkan dibagian selatan pulau Jawa kontak budaya sangat jarang terjadi, sehingga pengaruh Islam pun kurang mendalam. Hal ini dibuktikan dengan kraton Yogyakarta dan Solo yang terletak dibagian selatan pulau Jawa yang masih bertahan dengan kebudayaan Jawa membuktikan bahwa kontak budaya memberikan peluang besar bagi pengaruh budaya. Di sisi lain di pesisir utara sudah banyak dipengaruhi oleh Wali Songo.

Islam dan ujud formasi keagamaannya pun tidak mungkin memaksakan diri untuk menolak budaya yang ada di Nusantara. Peran penting sejarah Islam pada awal perkembangannya di Indonesia dimainkan secara apik oleh para wali dan ulama, sehingga sifat Islam yang akomodatif tersebut dapat diterima dengan mudah oleh masyarakat setempat. Salah satu budaya yang penting adalah tradisi wayang yang telah dikemas sedemikian rupa oleh para wali sehingga mampu dijadikan sarana dalam menarik perhatian masyarakat setempat untuk masuk Islam.[21] Sepanjang catatan sejarah menyebutkan bahwa penyebaran agama Islam di kepulauan Indonesia adalah melalui media perdagangan. Dengan proses yang sering kita sebut dengan Penetration Pacifique (secara damai). Dapat dikatakan pula bahwa penyebaran Islam di Indonesia tidak didasarkan atas misi atau dorongan kekuasaan, akan tetapi penyebaran Islam berlangsung secara perlahan.[22] Agama Islam berinteraksi dengan berbagai budaya lokal tertentu terdapat kemungkinan Islam mewarnai, mengubah, mengolah, dan justru malah memperbarui budaya lokal, mungkin pula Islam yang justru diwarnai oleh budaya lokal. Melalui hal itu timbulah istilah proses lokalisasi (Jawanisasi) dimana unsur-unsur Islam yang dalam sastra budaya Jawa melahirkan Islam Kejawen.[23]

Interaksi antara Islam dengan budaya setempat membuat masyarakat Jawa mengadopsi kepercayaan atau ritual dan tradisi dari agama lain termasuk tradisi HinduBudha yang dianggap sesuai alur pemikiran mereka. Meskipun mengaku sebagai Islam, tetapi mereka juga meletakkan Yasinan dan Tahlilan ketika di undang slametan oleh tetangga dan kerabatnya, menghadiri pengajian di hari-hari besar Islam atau malam Suro mengeramatkan keris serta benda pusaka lainnya dan masih banyak lagi. Hal ini mereka lakukan dalam rangka mencari kedamaian dan ketenangan dalam menghadapi ketegangan akibat munculnya berbagai macam problematika kehidupan yang tak kunjung usai. Dengan demikian sadar atau tidak mereka masih menerpkan budaya Hindu-Budha dalam ajaran agama Islam.

E. Proses Islamisasi di Nusantara

Proses Islamisasi memang tidak berhenti sampai berdirinya kerajaan-kerajaan Islam, tetapi terus berlangsung intensitif dengan berbagai cara dan Saluran.[24]saluran-saluran Islamisasi tersebut ialah yaitu:

1. Proses Melalui Perdagangan

Letak Indonesia sangat strategis, maka pada abad ke-7 sampai abad ke-16 saat perdagangan ramai, banyak pedagang dari Eropa, Timur Tengah, India, dan Cina singgah ke Indonesia, terutama di pelabuhan – pelabuhan transit di selat Malaka untuk mengadakan hubungan dagang. Para pedagang tersebut selain memegang peranan dalam perdagangan, juga berperan dalam memperkenalkan budaya serta agama Islam.

2. Proses Melalui Perkawinan

Para pedagang Islam melakukan perdagangan dalam waktu yang cukup lama dan banyak di antara mereka yang menetap membentuk perkampungan- perkampungan yang dikenal dengan nama pekojan serta menikah dengan orang pribumi yang belum masuk Islam. Proses penyebaran agama Islam dilakukan dengan cara seseorang yang telah menganut islam menikah dengan seorang yang belum menganut Islam sehingga akhirnya pasangannya itu ikut menganut Islam.

3. Proses Melalui Dakwah

Proses penyebaran Islam yang yang di lakukan dengan cara memberi penerangan tentang agama Islam seperti yang dilakukan Wali Songo dan para ulama lainnya.

4. Proses Melalui Pendidikan

Lembaga pendidikan Islam yang paling tua adalah pondok pesantren. Para santri lulusan pondok pesantren tersebut dibentuk menjadi tokoh keagamaan yang akan senantiasa meneruskan ilmunya kepada masyarakat disekitarnya. Proses ini di lakukan dengan mendirikan pesantren guna memperdalam ajaran-ajaran Islam yang kemudian menyebarkannya. Dengan cara ini, Islam terus berkembang memasuki daerah-daerah yang terpencil.

5. Proses Melalui Seni Budaya

Islamisasi melalui kesenian dipertunjukan untuk menarik masa pada saat itu. Proses penyebaran Islam menggunakan media-media seni budaya seperti pergelaran wayang kulit yang di lakukan Sunan Kalijaga dengan dakwah keagamaan melalui media wayang, upacara sekaten(upacara untuk memperingati ulang tahun Nabi Muhammad SAW),  dan seni sastra.

6. Proses Melalui Tasawuf

Para ahli tasawuf selalu berusaha menghayati kehidupan masyarakatnya. Mereka biasanya memiliki keahlian yang dapat membantu masyarakat, misalnya dalam bidang pengobatan. Mereka juga berupaya menyebarkan ajaran Islam. Dengan berusaha memahami keadaaan batin seseorang sehingga lebih mudah diterima. Proses penyebaran Islam dilakukan dengan menyesuaikan pola pikir masyarakat yang masih berorientasi pada ajaran agama Hindu dan Budha

7. Proses Melalui Politik

Kekuasaan raja memiliki peranan sangat besar dalam proses islamisasi. Ketika seorang raja memeluk agama Islam, maka secara tidak langsung biasanya rakyat mengikuti jejak rajanya.

KESIMPULAN

Perkembangan agama islim di Indonesia dapat dibagi menjadi tiga fase yaitu : Singgahnya pedagang-pedagang Islam di Pelabuhan-pelabuhan Nusantara, Sumbernya adalah berita luar negeri terutama Cina, Adanya komunitas- komunitras Islam di beberapa daerah kepulauan Indonesia. Sumbernya, di samping berita-berita asing juga makam- makam Islam dan Berdirinya kerajaan-kerajaan Islam.

Sedangkan proses masuknya Islam berkembang ada tujuh yaitu: perdagangan, perkawinan,  dakwah, tasawuf, pendidikan, kesenian dan politik dan di tambah dengan saluran dakwah menurut referensi lain. Dari saluran di ataslah Islam bisa menjangkau hampir ke seluruh pelosok Indonesia yang salah satu pengaruhnya diakui sebagai kebudayaan Indonesia sampai sekarang seperti pengaruh bahasa, nama, adat-istiadat dan pengaruh kesenian. Sebab itu, masuknya Islam di nusantara tidak merusak tatanan kebudayaan melainkan mengakomodir yang direkonstruksi formulasinya dalam ajaran Islam.

Penulis : Selva Yulianti (Juara II Harapan dalam ajang LKTI Hari Santri Nasional tahun 2022 Kabupaten Pringsewu) @SMK Ma’arif Banyumas 

About Admin

Istiqomah dalam Berkhidmah

Check Also

KH. Marzuqi Mustamar Bakal Hadir Di Pringsewu Lampung

NUPringsewu | Dr. K.H. Marzuqi Mustamar, M.Ag. adalah Pimpinan Pondok Pesantren Sabiilul Rosyad, Kota Malang, …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *