Pringsewu. Dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional tahun 2022, Rabithah Ma’ahid Islamiyah(RMI) NU kabupaten Pringsewu Menggelar Musabaqoh Tilawatil Kutub (MQK) yang dipusatkan di Pondok Pesantren Madinatul Ilmi. Selasa, 18 Oktober 2022.
Kegiatan MQK akan menilai peserta lomba dari kemampuan membaca kitab kuning dari berbagai fan (bidang studi) yang diajarkan di pesantren. Adapun fan kitab kuning dimaksud seperti Fiqh, mengacu pada kitab Safinatun Naja dan Fathul Qorib, fan Hadits, dari kitab Al Arbain an Nawawiyah, fan Nahwu dan Sharaf mengacu pada kitab Jurumiyah, Al Imrithi dan Alfiyah ibnu Malik.
MQK yang sudah rutin diagendakan RMI ini diikuti oleh perwakilan dari Pondok Pesantren yang ada di kabupaten Pringsewu. Tercatat sebanyak 331 Peserta telah terdaftar mengikuti MQK kali ini.
Ketua RMI kabupaten Pringsewu, ustadz H.Hamid Al Hafidz mengatakan agar santri dalam mengikuti perlombaan ini diniatkan untuk mengharap berkah dan ridla dari Allah Swt. Pelombaan yang diikuti hendaknya diniatkan untuk menambah ilmu dan pengalaman.
“Tujuan MQK adalah mengasah ketrampilan santri dalam membaca kitab kuning lalu mengamalkanya untuk beribadah kepada Allah Swt. Santri yang mahir dan menjadi juara dalam lomba ini tidak boleh sombong.”Pesanya.
Ditambahkan kiai muda yang juga pengasuh Pondok pesantren Tahfidz Al Husna, mengutip salah satu bait dari kitab nadlam al Imrithi mengatakan cita-cita yang baik hanya bisa diraih jika disertai dengan keyakinan yang sungguh-sungguh.
“اِذِ اْلفَتَى حَسْبَ اعْتِقَادِهِ رُفِع وَكُلُّ مَنْ لَمْ يَعْتَقِدْ لَمْ يَنْتَفِعْ
Karena kualitas santri sesuai kadar keyakinannya, maka orang yang tidak punya keyakinan, tidak akan dapat mengambil manfaat.” Pungkasnya.
Senada dengan utadz Hamid, ketua PCNU kabupaten Pringsewu, H.Taufik Qurrahim mengingatkan bahwa peringatan HSN tahun ini merupakan momentum membumikan nilai-nilai santri dan pesantren di tengah masyakat.
Nilai-nilai tersebut diantaranya Teosentrik yang berarti santri dalam berpikir dan bertindak merasa selalu di awasi oleh Allah Swt.
“Secara otomatis walaupun santri tidak sedang bersama kiainya saatnya sholat misalnya, ia akan mendirikan sholat bukan karena siapa2 tapi karena Allah Swt.”Katanya.
Nilai kesantrian lanjutnya adalah santri tidak boleh sombong, mampu beradaptasi di masyarakat, hidup sederhana dan mempunyai sikap mandiri.
“Selama dipesantren santri sudah dibiasakan untuk hidup sederhana sekaligus mengatur keperluan hidup sehari-hari dengan cermat dan sendiri. Tidak seperti di rumah yang masih bergantung sama orang tua.” Imbuhnya
Nampak hadir dalam MQK yang dibuka resmi oleh kepala kantor kemenag Pringsewu H.Rifai, camat Pagelaran, Mustasyar PCNU, KH.Sobri Dinal Musthofa, Pengurus Jatman, Pimpinan Muslimat, Banom dan Lembaga NU, serta sejumlah pengasuh pondok pesantren.[junaSr]