PRINGSEWU – Saat di wawancarai Metro TV siang ini(1/06/17), Alissa Wahid Puteri Sulung Presiden RI ke-4 ini mengingatkan bahwa Pancasila merupakan perekat dan pemersatu bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku, bahasa, budaya dan keyakinan. Bahkan wilayah Indonesia terbentang tidak dalam satu daratan ataupun satu pulau namun beribu pulau dan daratan dari sabang sampai merauke, ini menunjukkan betapa secara kodarati wujudnya Indonesia adalah di atas keberagaman.
“Gus Dur selalu mengingatkan, tanpa Pancasila negara (Indonesia, red) akan bubar.” Tegasnya. Sebagai puteri yang Ayahnya pernah menjadi Presiden RI yang juga tokoh Ulama besar Nahdatul Ulama, ia mengenang nilai-nilai Pancasila telah ditanamkan dan di teladankan oleh Gus Dur dalam keluarganya.
“Bapak tidak hanya ceramah atau memaksa kami membaca buku, tapi beliau langsung memberi contoh seperti tidak membeda-bedakan tamu yang datang apakah pejabat atau rakyat, beliau juga paling peduli dan sangat berpihak pada kaum lemah dan tertindas.Bagi kami inilah nilai-nilai Pancasila yang di wariskan Gus Dur,” Tambahnya.
Almarhum Gus Dur merupakan tokoh yang semasa hidupnya selalu konsisten dalam menyuarakan persatuan dan kesatuan dalam kebhinnekaan. Bersama element bangsa dan tokoh lintas agama dan suku, Gus Dur bersama-sama mengajak serta membangun bangsa dan memberdayakan masyarakat, bahkan tidak jarang harus berhadapan dengan penguasa Orba yang kala itu menggunakan Pancasila sebagai alat Politik dan kekuasaan semata.
Dalam sejarah, sebagai salah satu perumus Pancasila, NU menolak penafsiran tunggal Pancasila yang dimonopoli Orde Baru melalui P4 dan sebagainya. Pancasila harus diletakkan sebagai dasar negara menjadi milik bersama sebagai falsafah bangsa. Ketika Orde Baru mendesak semua organisasi tidak hanya organisasi politik, tetapi juga organisasi kemasyarakatan untuk menetapkan Pancasila sebagai satu-satunya asas, maka banyak organisasi yang curiga, enggan dan menolak, terutama ormas keagamaan, tidak hanya Islam tetapi juga agama yang lain. Melalui pembicaraan yang intensif antara KH. As’ad Syamsul Arifin dan juga KH Ahmad Siddiq dengan Presiden Soeharto bahwa Pancasila tidak akan menggeser agama dan agama tidak akan dipancasilakan, maka NU mau menerima Pancasila sebagai asas organisai, tanpa harus meninggalkan Ahlussunnah wal Jama’ah sebagai dasar akidahnya.
Kemudian penerimaan itu dirumuskan dalam sebuah piagam yang sangat komprehensif dan konklusif dalam sebuah Deklarasi Tentang Hubungan Pancasila dengan Islam. Deklarasi penting itu dirumuskan dalam Munas Alim Ulama NU di Situbondo pada tahun 1983. Pernyataan NU dianggap kontroversial dan menggemparkan saat itu. Bagi yang tidak tahu argumennya akan menentang, tetapi yang mengerti argumennya yang begitu rasional dan sistematis serta proporsional itu banyak yang tertegun dan simpati.
Tidak sedikit kalangan ormas Islam yang lain berterima kasih pada NU yang mampu berpikir cerdik dan strategis dalam memecahkan persoalan sangat pelik yakni hubungan agama dengan Pancasila, tetapi dengan kecemerlangannya NU mampu meletakkan hubungan yang proporsional antara agama dan Pancasila, sehingga mereka bisa menerima Pancasila secara proporsional pula. Bahkan agama-agama lain merasa sangat berterimakasih pada NU atau kemampuannya merumuskan hubungan Agama dengan Pancasila melalui argumen yang rasional dan mendasar baik secara syar’i maupun secara siyasi.
Kegigihan KH.Abdurrahman Wahid dalam membumikan Pancasila tidak diragukan lagi.Disamping secara biologis ia putera KH.Wahid Hasyim sang perumus Pancasila dan menteri Agama RI pertama, Gus Dur juga cucu dari Pendiri Ormas terbesar Nahdlatul Ulama dan Pahlawan Nasional Hadlratussyaih KH.Hasyim Asy’ari. Namun begitu konsistensinya dalam menyuarakan keberagaman dan kesetaraan di mata hukum dan konstitusi sejatinya menurut Alissa, adalah bentuk pengamalan dan penghayatan nilai-nilai Islam itu sendiri.
“Islam di hadirkan ke bumi oleh Alloh kan tiada lain untuk menebar Rahmah, kasih sayang, persaudaraan dan cinta.saya kira semua agama sepakat dan mengajarkan akan hal ini, nah Pancasila inilah perekatnya karena tujuan Pancasila kan jelas yakni mengantarkan bangsa ini pada cita-cita bersama yaitu kesejahteraan, keadilan dan persaudaraan.”Pungkas Psikolog keluarga ini.(juna)