Denwatser bermula sejak tahun 1960-an.”Dulu Denwatser bernama Barisan Perempuan NU Militer.Pada saat itu negara membutuhkan perempuan yang berjiwa militer guna menghadapi serangan wanita PKI atau Gerwani”,katanya.
Setelah PKI tumbang,Orde Baru menginstruksikan kepada seluruh warga Indonesia bahwa tugas kemiliteran adalah tugas TNI.Hal tersebut menyebabkan perempuan militer NU di rasa tidak di butuhkan lagi sehingga tidak ada pengkaderan,lama-kelamaan akhirnya hilang.
“Sebelum munculnya PKI sebenarnya perempuan NU telah ada yang berjuang dalam bidang kemiliteran, yaitu Nyai Hj Asmah Sjahrunie.Beliau aktif dalam Fujinkai (Barisan Perempuan Militer Bentukan Jepang).Dalam NU sendiri,beliau aktif di Konsulat NU Naungan Nahdlatul Oelama Muslimat tahun 1952,” kata Kang Kusnin.
Menurutnya selain Asmah,ada lagi tokoh Fatayat NU yang turut aktif dalam latihan militer untuk menghadapi revolusi di Indonesia pada tahun 1952.Dirinya di latih menembak,mengaktifkan granat dan memadamkan kebakaran.
“Zaman berganti,tantangan lama hilang,muncul tantangan baru.Bangsa Indonesia kembali membutuhkan perempuan di buktikan dari munculnya kembali kader-kader Wanita NU Militer di berbagai daerah Indonesia.Untuk itu Denwatser di hidupkan lagi dengan tugas yang berbeda” katanya.
Dasar yang di gunakan,lanjut aktifis pers ini (Brigade NU),adalah hasil konferensi besar Nahdlatul Ulama di lombok NTB 23-25 November 2017.Karena pada saat itu para Ulama memberikan ruang lingkup kepada kader perempuan NU militer dengan nama Detasemen Wanita Banser (Denwatser NU) yang garis komandonya langsung di bawah Ansor dan Banser.
“Bersama Banser,Denwatser akan saling melengkapi dalam menjadi benteng ‘Ulama dan NKRI.Kader laki-laki dan perempuan NU militer yang saling bekerja sama di harapkan akan semakin mengkokohkan benteng negara ini,” tegasnya.
Untuk menguatkan bahwa Islam membolehkan perempuan berlatih militer.Sejak zaman Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam sudah ada pejuang Islam perempuan.Mereka bukan hanya pandai membaca Al-Qur’an,tapi jago pedang,berkuda dan memanah,dan tidak sedikit juga menjadi Dokter yang pintar mengobati para sahabat yang terluka di medan perang.Bahkan,ada di antara mereka yang terpotong tangannya karena melindungi Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam.Misalnya Nusaibah binti Ka’ab Ansyariyah si jago pedang, Kaulah binti Azur yang terkenal dengan ksatria berkuda hitam (the black rider).
Di tanah air ada Cut Nyak Dien,Cut Mutia,Dewi Sartika,dan Nyi Ageung Serang.”Semoga seluruh anggota Denwatser NU meneladani semangat para pahlawan di atas.Tantangan dan semangat mempertahankan ajaran Ahlussunah Wal Jamaah dan NKRI,”
Sumber : Brigade NU