Seandainya Tidak Ada Al Quran, Ihya Ulumuddin Pantas Menjadi Pedoman Hidup

PRINGSEWU – Kitab Ihya Ulumudin merupakan salah satu Kitab yang sangat fenomenal karya Imam Ghazali yang berisi tentang kaidah dan prinsip dalam penyucian jiwa yakni menyeru kepada kebersihan jiwa dalam beragama, sifat takwa, konsep zuhud, rasa cinta yang hakiki, merawat hati serta jiwa dan sentiasa menanamkan sifat ikhlas di dalam beragama.

Menurut Mustasyar MWCNU Ambarawa Pringsewu KH. Muhammad Dalhar, Kitab yang juga memuat kandungan tentang wajibnya menuntut ilmu, keutamaan ilmu, bahaya tanpa ilmu, persoalan-persoalan dan dasar-dasar dalam ibadah ini pantas dijadikan Kitab Suci Ummat Islam seandainya Allah tidak menurunkan Kitan Suci Al Quran.

“Seandainya tidak diturunkan Al Quran, Kitab Ihya Ulumuddin pantas menjadi Kitab Suci Ummat Islam,” tegasnya dikediamannya didusun Pengaleman tentang kualitas Kitab yang diberbagai Pesantren menjadi kajian kitab pamungkas para santri, Jum’at (30/6/17).

Kiai Dalhar yang rutin mengajarkan Kitab tersebut di kediamannya ini juga menuturkan beberapa keunikan saat mengajarkan Kitab ini kepada santrinya. Salah satunya adalah dengan tidak mengajarkan Kitab tersebut secara berurutan dari bagian awal.

“Saya selalu mengajarkannya tidak dari jilid satu tapi dari jilid dua, empat lanjut ke jilid satu dan tiga,” kata kiai yang juga rutin membaca Kitab Ihya Ulumuddin setiap Jumat di Masjid Jami Pengaleman ini.

Hal ini dilakukannya karena dari berbagai pengalamannya dipesantren dimana Ia mengaji, para masayikh juga melakukan hal serupa.

“Kalau ngajinya berurutan biasanya tidak bisa selesai sesuai target ataupun terkadang ada hal-hal aneh yang terjadi,” kata Alumni Pesantren Tegalrejo Magelang ini.

Salah satunya Ia menceritakan kisah dimana para santri didatangi makhluq ghaib yang mencekik leher para santri saat mengaji Kitab Ihya Ulumuddin secara berurut.

“Saya juga mengalami hal serupa saat saya mengajarkan kitab Ihya sampai pada Bab Sakaratul Maut, Istri saya dipanggil oleh Allah SWT,” katanya dengan raut muka sedih menceritakan kisahv hidupnya.

Selain itu lanjutnya, jika seseorang hanya belajar beberapa bagian saja dari Kitab ini, bisa terjadi akan mengalami kebingungan dan tidak bisa memahaminya.

“Dalam kitab ini ada Bab dimana kita kebingungan dalam memahami maksudnya. Namun kebingungan ini akan terobati pada Bab selanjutnya,” jelasnya.

Dalam kesempatan tersebut, Kiai yang berpenampilan sangat sederhana ini juga menceritakan sebuah kisah tentang seseorang yang meragukan kandungan Kitab Ihya Ulumuddin.

“Orang ini kemudian bermimpi bertemu dengan Imam Ghazali yang menyampaikan keraguannya kepada Nabi Muhammad SAW. Setelah itu Nabi memberikan kayu kepada Imam Ghazali untuk memukul orang yang tidak percaya ini,” katanya dan mengatakan bahwa setelah orang tersebut bangun terlihat sekujur tubuhnya membiru dan sakit seperti habis dipukul dengan kayu. (Muhammad Faizin)

About Admin

Istiqomah dalam Berkhidmah

Check Also

Malik : Maulid Nabi bukan hanya untuk Umat Islam, tapi seluruh alam.

Pringsewu-perayaan Maulid nabi Muhammad Saw ramai dilakukan diberbagai tempat seperti intansi pendidikan, intansi pemerintah, tempat …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *