Oleh : Ichsan
Pilgub, Pileg, dan Pilpres sudah selesai. Sudah saatnya kita melanjutkan kembali PR yg tertunda. Pilgub, Pileg, dan Pilpres sudah “dimenangkan” oleh NU. Kini saatnya kita membenahi internal NU.
Senafas dengan :
فاذا فرغت فانصب
Pengurus dan kader NU tidak akan ditanya tentang kepemimpinan nasional maupun daerah. Tapi pengurus NU akan ditanya tentang Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ) kepengurusan di daerah masing-masing.
NU bukan organisasi politik yang hanya mengurusi politik.
NU bukan organisasi majlis ta’lim yang hanya mengurusi dakwah.
NU bukan organisasi pengusaha yang hanya mengurusi bisnis dan proyek-proyek.
NU bukan organisasi pengemar kopi dan perokok.
Tapi NU adalah organisasi terbesar Ahlussunnah wal Jama’ah di dunia, yang dilahirkan dengan Khittah Nahdliyah untuk menjaga dan melestarikan faham ahlussunnah wal jama’ah di Indonesia dan dunia.
Akan tetapi :
1. Faham ahlussunah wal jama’ah tidak akan lestari dan jaya jika negara tidak kondusif, sehingga NU wajib berperan dalam bidang kedaulatan negara melalui politik (aktif dan praktis). Inilah substansi dari Nahdlatul Wathon.
2. Faham ahlussunnah wal jama’ah tidak akan jaya, jika angka kemiskinan tidak dapat dikendalikan dan diturunkan, maka NU wajib berperan memperjuangkan kedaulatan ekonomi dan pangan. Inilah substansi Nahdlatut Tujjar.
3. Faham ahlussunna wal jama’ah tidak akan lestari dan jaya, jika penerus dan kadernya tidak cakap merespon segala bentuk perubahan dan dinamika sosial, kebudayaan, pemikiran, teknologi. Maka NU wajib berperan memperjuangkan kemenangan dalam Ghazwul Fikri (perang pemikiran). Inilah substabsi Tashwirul Afkar.
Jadi, mari kita semua menahan diri, refresh psikologis diri sendiri juga lingkungan offline dan online kita dari politik.
NU bukan milik politisi semata, yang isinya hanya membahas politik.
Apalah artinya kemenangan NU di Pilpres, Pileg, dan Pilgub jika internal NU belum siap menyambut program-program pemerintah yang pro pesantren, pro aswaja, dan pro masyarakat kecil, jika kita tidak mempersiapkan diri menyambutnya.
Dua contoh saja yang jika tidak dibenahi maka Program Pemerintah yang telah kita perjuangkan mati-matian akan sia-sia.
*1. Tol Langit dan Ekonomi Baru Berbasis Digital.*
Apalah artinya program ini, jika warga NU dan pesantre masih belum siap melek IT lebih jauh dan belum mengubah mindset muamalahnya? Coba sebutkan saja, sudah adakah perusahaan rintisan berbasis digital (startup) dari kalangan NU? Padahal program 1000 startup digital sudah berjalan 4 tahun, dan sepertinya NU tertinggal juga.
*2. Fokus Investasi Pengembangan SDM*
Jika sebelumnya Pemerintah Jokowi giat membangun infrastruktur, pada periode kedua ini akan fokus pada pembangunan SDM. Namun apalah artinya jika warga NU, pesantren, dan masyarakat desa belum mempersiapkan diri untuk open mindset?
Satu hal lagi : kita merasa NU memiliki segalanya lengkap dengan lembaga dan banom. Padahal kita harus mengakui bahwa kita belum memiliki :
*1. Lembaga Olahraga NU, mulai dari tingkat PBNU, PWNU, sampai PCNU.* Sudah tahun 2019 NU belum memiliki lembaga ini. Padahal, menteri olahraga dari NU, dan Liga Santri dari NU. Saya yakin, jika NU memiliki lembaga olahraga, tidak terbayang : kekuatan mental, cinta tanah air, sportifitas, kekeluargaan, akan semakin meroket. Seperti pepatah : “mensana in corpore sano”, dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Apa yg terjadi jika dari pesantren lahir atlet-atlet nasional dan dunia? Apa yg terjadi jika NU memiliki spot olahraga, GOR, kawasan outbound, dan berbagai spot wisata olahraga lainnya dikelola oleh lembaga olahraga NU?
*2. Lembaga Informatika dan Teknologi NU, mulai dari tingkat PBNU, PWNU, sampai PCNU.*
Kelompok-kelompok kecil cyber NU memang cukup tersebar dan banyak. Namun, ini masih sangat lemah. Kelompok jihadis dan khilafah sebenarnya lebih sedikit, namun mereka melancarkan propaganda dan hoax sambil kerja digital, bisnis online. Sementara kita, melawan propaganda dan counter opini sambil kerja offline. Akibatnya berantakan, kacau. Pekerjaan kurang produktif. Dan ekonomi susah bangkit.
Akan tetapi, jika ada lembaga informatika, saya yakin akan efektif mengonsolidasikan kekuatan kader NU di bidang IT. Dan lebih jauh, peran NU di bidang kedaulatan digital akan diperhitungkan.
*Jadi, marilah kita turunkan ritme dan intensitas ngerumpi politik, atau gibah tetangga.*
Pikirkan kembali PR kita sebagai pengurus dan kader NU. Kelak, kita akan diminta Laporan Pertanggung Jawaban atas kepengurusan NU, sebagai kader dan tokoh NU.
*Kita tidak akan diminta laporan pertanggung jawaban tata kelola pemerintahan*.
※ Lailatul ijtima sudah berapa lama tidak dilaksanakan?
※ Konsolidasi, rapat, dan musyawarah terakhir tentang program dan kinerja kepengurusan NU, sudah berapa kali dilakukan?
* Kaderisasi sudah berapa kali dilakukan di setiap kepengurusan, dan bagaimana hasilnya?
Tidak perlu laporan sama saya, biarlah sampeyan dan Gusti Alloh yg tahu? 😁🙏
Yuk, mari kita refresh..
اهدنا الصراط المستقيم …
Wallahul muwaafiq ilaa aqwaamit thooriq..
Wassalamu’alaikum wr.wb..
Mohon maaf atas segala kelancangan dan kekhilafan saya..
Salam satu Indonesia, menyambut Kebangkitan Nahdlatul Ulama yang kedua.
—-
Sukabumi,
23042019