PRINGSEWU – Wakil Rais Syuriyah PWNU Lampung Dr. KH. Khairuddin Tahmid menjelaskan bahwa jika ingin melihat apakah suatu aliran, paham atau organisasi keagamaan Islam memiliki aliran yang melenceng, sesat ataupun radikal dapat diketahui dengan keterbukaannya dalam melakukan aktifitas keagamaan.
“Kalau lihat kelompok atau paham yang pengajiannya nyumput-nyumput (red. tertutup) dan tidak boleh diketahui oleh orang lain diluar kelompoknya bisa jadi aliran tersebut patut diwaspadai sesat ataupun radikal,” katanya didepan Jamaah Itikaf Bersama Malam Ramadhan di Masjid Baitul Izza Pringsewu, Kamis (16/6/17) malam.
Inklusifitas dan eksklusifitas menurutnya menjadi salah satu indikator untuk memahami sebuah paham atau aliran keagamaan dalam Islam.
“Kalau ada kelompok pengajiannya terbuka pake sound sistem melibatkan semua pihak melibatkan insider maupun outsider maka sulit untuk dikategorikan menyimpang,” tambah Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Lampung ini sembari menjelaskan beberapa poin dari 10 Kriteria Aliran Sesat yang telah ditetapkan oleh MUI Pusat.
Penjelasan ini dipaparkannya ditengah-tengah kondisi Ummat islam saat ini yang terkadang gampang terbawa arus aliran-aliran sesat dan radikal tanpa dapat menyaring dengan komprehensif. Aliran tertutup dan radikal muncul dengan membawa berbagai motif serta merekrut jamaahnya dengan iming-iming materi maupun non materi.
Selain menjelaskan tentang hal tersebut, Kiai Khairuddin juga memaparkan sikap MUI sebagai organisasi Ulama dalam berkiprah dan mensikapi berbagai paham yang ada di Indonesia.
“MUI mengusung Islam Washatiyyah atau moderat. Islam tengah-tengah yang terkadang harus tegas dan disisi lain harus lembut. Layyinan Wala Radikaliyyan Wala Terorisiyyan,” kata Kiai yang memiliki selera humor tinggi ini.
Kia Khairudin mencontohkan sikap tegas MUI dalam menyikapi perkembangan perilaku masyarakat yang semakin tidak terkontrol di Media Sosial dengan mengeluarkan menerbitkan Fatwa MUI Nomor 24 tahun 2017 tentang Hukum dan Pedoman Bermuamalah melalui Media Sosial.
Saat ini lanjutnya diperlukan langkah-langkah untuk menjaga moralitas ummat sehingga Ibadah akan berpengaruh positif pada Haliyah keseharian dan peningkatan keimanan ummat.
“Kalau mau tahu Jumlah ummat islam di indonesia lihatlah berapa banyak yang shalat Jumat dan Shalat Id. Tapi kalau mau tahu berapa banyak orang Islam yang beriman di Imdonesia lihatlah ketika shalat shubuh,” katanya diiringi senyum yang hadir. (Muhammad Faizin)