PRINGSEWU – Gema Sholawat Simtuth Duror yang dibawakan puluhan pemuda dan pemudi Banser dan Fatser menandai puncak malam Tasyakuran dan Apel Banser 2017 dalam rangka peringatan Hari Lahir Gerakan Pemuda ANSOR yang ke-83 yang dipusatkan di Aula Utama Gedung PCNU Kabupaten Pringsewu, Minggu (23/4).
Kegiatan dengan tema Memperkuat Organisasi, Memperkokoh visi Kebangsaan ini dihadiri seluruh jajaran pengurus GP Ansor, Mustasyar serta pengurus cabang NU setempat.
Ketua GP Ansor Kabupaten Pringsewu Muhammad Sofyan dalam sambutannya, menyayangkan beberapa kalangan pengguna media sosial saat ini yang menebar ujaran kebencian dan intoleransi.
“Kecenderungan menghina, menghujat Ulama, dan Kyai saat ini meningkat. Ironisnya ini dilakukan oleh saudara kita seiman karena pemahaman keagamaan yang sempit,” ungkapnya.
Sofyan juga mensinyalir perilaku intoleransi baik perorangan maupun kelompok saat ini merupakan upaya merongrong kebhinnekaan dan persatuan bangsa dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia(NKRI). Untuk itu ia mendesak pemerintah dan aparat bertindak tegas.
“Dalam waktu dekat akan kita laporkan kepada GP Ansor Pusat temuan kami ini, dan mendorong Mendagri serta kemenkumham untuk membekukan person maupun ormas yang jelas-jelas anti NKRI,” imbuhnya.
Sementara KH. Sujadi selaku Mustasyar NU dalam mauidzohnya berpesan agar kader Ansor dan Banser untuk terus bersemangat dan Istiqomah dalam berkhidmah untuk NU, bangsa, serta mampu menghadapi tantangan zaman yang makin kompleks.
“Momentum Harlah ini harus menjadi pemicu semangat kita dalam mengabdi pada NU dan Indonesia. Dulu tahun 30-an Ansor dilahirkan dengan kondisi menentang penjajahan Belanda, saat ini dizaman yang canggih dan serba mudah ini, tekad Ansor harus makin kuat. Bukan malah mudah berkumpul, mudah pula bubar,” pesannya.
Oleh karenanya Kyai Sujadi yang juga Bupati terpilih Pringsewu ini mengingatkan agar Ansor dan Banser harus selalu siap dan kompak dalam menyikapi berbagai perubahan zaman.
“Tidak boleh ingah-ingih (tidak tanggap, red) harus terus belajar menghadapi tantangan. Dulu secara fisik musuh kita adalah penjajah belanda yang kasat mata. Saat ini tantangan kita juga penjajah tapi tidak terlihat. Karena dibungkus oleh teknologi, pemikiran, dan produk asing. Maka kita harus waspada dan pandai dalam membaca zaman,” pungkasnya. (fat/ind)