PCNU Pringsewu Istiqomah dalam Berkhidmah
PRINGSEWU – Pengasuh Pondok Pesantren Madinatul Ilmi Pagelaran Pringsewu KH Muhammad Nur Aziz menceritakan bagaimana sebuah keyakinan terhadap doa benar-benar mampu mewujudkan keinginan menjadi nyata.
“Seorang nenek yang ingin sekali berangkat haji datang ke saya minta doa agar cepat bisa naik haji. Kemudian saya kasih amalan doa menggunakan bahasa Indonesia yaitu ‘Ya Allah, hajikan aku, sih’,” katanya, Ahad (23/7/17).
Di luar dugaan nenek itu benar-benar mengamalkan doa yang diberikan. Setiap selesai shalat maktubah ia selalu berdoa dengan amalan itu berulang-ulang. Doa ini juga diamalkan menjadi rutinitas dzikir keseharian secara istiqamah.
Selang beberapa bulan, nenek itu datang menemuinya seraya mengucapkan terima kasih atas amalan doa itu. Ternyata dengan optimisme yang didapat dari doa tersebut, nenek itu mampu berangkat umrah dan juga sudah mendapatkan porsi haji untuk berangkat ke tanah suci.
Menurut Kiai Aziz yang juga Wakil Katib Syuriyah PCNU Pringsewu ini, fakta tentang doa itu memberikan hikmah bahwa selama kita memiliki keyakinan untuk dapat berangkat ke tanah suci dengan doa, ikhtiar, dan tawakkal, maka tidak ada yang tidak mungkin.
“Doa tidak mesti pakai Bahasa Arab. Bisa pakai Bahasa Indonesia, Jawa. Yang penting yakin, Insya Allah akan dikabulkan. Malah terkadang kita tidak paham maksudnya doa pakai Bahasa Arab,” katanya saat memberikan taushiyah walimatussafar di Desa Margakaya, Pringsewu.
Kiai Aziz menambahkan, berhaji adalah ibadah yang sangat diutamakan bagi mereka yang sudah mampu. Hal ini, menurutnya, terbukti dan ditunjukkan dalam Al-Quran bahwa ibadah haji menjadi satu-satunya perintah ibadah yang diawali dan diakhiri dengan kata “lillah”. “Ini menunjukkan bahwa ibadah haji adalah ibadah untuk Allah” jelasnya.
Ia mengingatkan pula agar tidak khawatir akan jatuh miskin dengan menggunakan hartanya untuk biaya berangkat haji. Karena biaya yang diperlukan untuk haji akan dicatat sebagai shadaqah dan akan diganti lebih oleh Allah dari jalan yang tidak disangka-sangka. (Muhammad Faizin)
