Ini Empat Tipe Pasutri, Pasangan Manakah Anda?

Oleh Usep Rusmana

Di dalam catatan sejarah Islam, ada beberapa tipe pasangan suami istri (pasutri). Ada pasangan yang sama-sama baik, salah seorang baik, sementara yang satunya bertabiat buruk, ada pula yang sama-sama buruk.

Pertama, tiper Fir’aun dan Asiah. Tipe ini menunjukkan suami yang sombong, bahkan mengaku sebagai Tuhan. Namun, sang istri kebalikannya, ia sangat taat pada Allah, bahkan dimasukan dalam waliyatullah

Kedua, tipe Abu lahab dan istrinya (Arwa binti Harb bin Umayyah/Ummu Jamil). Pasutri ini kompak menghalangi jalan dakwah Rasulullah SAW, kompak dalam maksiat, sampai-sampai diabadikan dalam Al-Qur’an (surah Al-Lahab):

تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ (١) مَا أَغْنَى عَنْهُ مَالُهُ وَمَا كَسَبَ (٢) سَيَصْلَى نَارًا ذَاتَ لَهَبٍ (٣) وَامْرَأَتُهُ حَمَّالَةَ الْحَطَبِ (٤) فِي جِيدِهَا حَبْلٌ مِنْ مَسَدٍ (٥)

1. Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa.
2. Tidaklah berfaidah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan.
3. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak.
4. Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar.
5. Yang di lehernya ada tali dari sabut.

Ketiga, tipe Nabi Luth dan Wa’ilah. Ketaatan Nabi Luth sangat berseberangan dengan istrinya yang durhaka pada suami dan juga pada Allah SWT. Al-Qur’an mengabadikan hal itu:

قَالَ إِنَّ فِيهَا لُوطًا قَالُوا نَحْنُ أَعْلَمُ بِمَنْ فِيهَا لَنُنَجِّيَنَّهُ وَأَهْلَهُ إِلا امْرَأَتَهُ كَانَتْ مِنَ الْغَابِرِينَ (٣٢)

Berkata Ibrahim: “Sesungguhnya di kota itu ada Luth”. Para Malaikat berkata: “Kami lebih mengetahui siapa yang ada di kota itu. Kami sungguh-sungguh akan menyelamatkan dia dan pengikut-pengikutnya kecuali isterinya. Dia adalah termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan).” (Q.S Al-Ankabut :32).

Keempat, tipe Nabi Muhammad SAW dan Khadijah bintu Khuwailid (Khadijah Al-Kubra). Ini adalah pasutri pujaan, dambaan dan dirindukan oleh semua pasutri, termasuk saya. Sosok pasangan yang full dalam memperjuangkan agama Allah SWT, saling dukung, saling membantu.

Maka pantas sepeninggal Khadijah, Nabi Muhammad SAW merasa sangat kehilangan. Tak heran, tahun kejadian wafatnya dicatat dalam sejarah Islam sebagai ‘Amul Huzni (tahun dukacita).

Siti Khadijah mendapat tempat yang istimewa di sisi Rasulullah SAW, sampai-sampai Ummul Mukminin, Siti ‘Aisyah pun merasa cemburu akan hal itu.

Begitu mengharukan, 40 hari sebelum wafat Siti Khadijah, Rasulullah SAW tidur rebahan di pangkuan Siti Khadijah. Saat itu, ada tetesan air mata yang terjatuh di pipi Nabi. Lalu Nabi pun terbangun, terjadilah percakapan seperti ini:

Nabi : “Wahai istriku, apa yang membuatmu menangis?”

Khadijah : “Aku sedih ya Rasul, hartaku habis dipakai untuk berjuang di jalan Allah bersamamu.”

Nabi : “Apakah engkau menyesal?”

Khadijah : “Tidak, wahai suamiku. Justru aku sedih karena aku sudah tidak berjuang lagi dengan harta bersamamu. Bila nanti aku meninggal, tolong jasadku jangan kaukubur, barangkali tulang-belulangku berguna kaujadikan tongkat dalam berdakwah.”

Sontak Nabi SAW pun bergetar hatinya dan menangis.

Bercerminlah dari Nabi Muhammad SAW dan sang istri Siti Khadijah. Seorang suami yang melangkahkan kaki untuk menafkahi dan memperjuangkan sang istri merupakan ibadah yang mulia. Sebaliknya seorang istri menengadahkan tangannya berdoa pada Allah SWT. akan suaminya menjadi kekuatan dahsyat bagi kesuksesan suaminya.(JunaSr)

Penulis adalah pengurus NU di Kecamatan Pacet, Kabupaten Bandung
Sumber:nuonline

About Admin

Istiqomah dalam Berkhidmah

Check Also

Majelis Dzikir dan Sholawat RIJALUL ANSOR Kembali Digelar

NUPRINGSEWU – GADINGREJO | PAC ANSOR Gadingejo Buka Kembali Rutinan Majlis Dzikir dan sholawat yang …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *