nupringsewuonline,Kelahiran Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) diwarnai oleh semangat perjuangan, nasionalisme, pembebasan, dan epos kepahlawanan. GP Ansor terlahir dalam suasana keterpaduan antara kepeloporan pemuda pasca-Sumpah Pemuda, semangat kebangsaan, kerakyatan, dan sekaligus spirit keagamaan. Karenanya, kisah Laskar Hizbullah, Barisan Kepanduan Ansor, dan Banser (Barisan Serbaguna) sebagai bentuk perjuangan Ansor nyaris melegenda. Terutama, saat perjuangan fisik melawan penjajahan dan penumpasan G 30 S/PKI, peran Ansor sangat menonjol.
Sejarah Berdirinya Gerakan Pemuda Ansor Jumat 27 November 2015 06:01 WIB BAGIKAN: Kelahiran Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) diwarnai oleh semangat perjuangan, nasionalisme, pembebasan, dan epos kepahlawanan. GP Ansor terlahir dalam suasana keterpaduan antara kepeloporan pemuda pasca-Sumpah Pemuda, semangat kebangsaan, kerakyatan, dan sekaligus spirit keagamaan. <>Karenanya, kisah Laskar Hizbullah, Barisan Kepanduan Ansor, dan Banser (Barisan Serbaguna) sebagai bentuk perjuangan Ansor nyaris melegenda. Terutama, saat perjuangan fisik melawan penjajahan dan penumpasan G 30 S/PKI, peran Ansor sangat menonjol.
Ansor dilahirkan dari rahim Nahdlatul Ulama (NU) dari situasi ”konflik” internal dan tuntutan kebutuhan alamiah. Berawal dari perbedaan antara tokoh tradisional dan tokoh modernis yang muncul di tubuh Nahdlatul Wathan, organisasi keagamaan yang bergerak di bidang pendidikan Islam, pembinaan mubaligh, dan pembinaan kader. KH Abdul Wahab Hasbullah, tokoh tradisional dan KH Mas Mansyur yang berhaluan modernis, akhirnya menempuh arus gerakan yang berbeda justru saat tengah tumbuhnya semangat untuk mendirikan organisasi kepemudaan Islam. Dua tahun setelah perpecahan itu, pada 1924 para pemuda yang mendukung KH Abdul Wahab –yang kemudian menjadi pendiri NU– membentuk wadah dengan nama Syubbanul Wathan (Pemuda Tanah Air). Organisasi inilah yang menjadi cikal bakal berdirinya Gerakan Pemuda Ansor setelah sebelumnya mengalami perubahan nama seperti Persatuan Pemuda NU (PPNU), Pemuda NU (PNU), dan Anshoru Nahdlatul Oelama (ANO). Nama Ansor ini merupakan saran KH. Abdul Wahab, “ulama besar” sekaligus guru besar kaum muda saat itu, yang diambil dari nama kehormatan yang diberikan Nabi Muhammad SAW kepada penduduk Madinah yang telah berjasa dalam perjuangan membela dan menegakkan agama Allah. Dengan demikian ANO dimaksudkan dapat mengambil hikmah serta tauladan terhadap sikap, perilaku dan semangat perjuangan para sahabat Nabi yang mendapat predikat Ansor tersebut.
Gerakan ANO (yang kelak disebut GP Ansor) harus senantiasa mengacu pada nilai-nilai dasar Sahabat Ansor, yakni sebagi penolong, pejuang dan bahkan pelopor dalam menyiarkan, menegakkan dan membentengi ajaran Islam. Inilah komitmen awal yang harus dipegang teguh setiap anggota ANO (GP Ansor) dan pada Muktamar NU ke-9 di Banyuwangi, tepatnya pada tanggal 10 Muharram 1353 H atau 24 April 1934, ANO diterima dan disahkan sebagai bagian (departemen) pemuda NU dengan pengurus antara lain: Ketua H.M. Thohir Bakri; Wakil Ketua Abdullah Oebayd; Sekretaris H. Achmad Barawi dan Abdus Salam.
Saat ini GP Ansor dibawah naungan Jam’iyah Nahdlatul Ulama Organisasi yang terbesar di Indonesia telah berusia 87 tahun, lama sudah perjalanan nya hingga saat ini memasuki era modern dengan kecanggihan teknologi informasi dan komunikasi yang ada GP Ansor Beserta Seluruh Kader nya terus Berhidmah menyesuaikan perkembangan zaman.
Sudah banyak dan tak diragukan kembali Hidmah yang sudah diberikan oleh GP Ansor untuk negri ini karena bagi GP Ansor “NKRI Adalah Harga Mati dan Jam’iyah Nahdlatul Ulama adalah milik kami”
Penulis mengutip pesan yang disampaikan ketua Umum GP Ansor Gus Yaqut Kholil Qoumas pada Acra Podcast Harlah Gerakan Pemuda Ansor Melalui Kanal YouTube Gerakan Pemuda Ansor “Pesan yang ingin kita sampaikan bahwa kader-kader Ansor ini bukan hanya responsif terhadap dinamika sosial, politik, kenegaraan, tetapi juga dinamika kesehatan, kita juga harus responsif. Jadi saya kira itu bedanya antara Harlah tahun ini dan harlah-harlah sebelumnya,” tutur Gus Yaqut, sapaan akrabnya Yang mana beliau ini juga adalah Mentri Agama Republik Indonesia Saat ini.
Hal tersebut dibuktikan melalui desain logo Harlah ke-87 Ansor yang terdapat gambar masker. Logo ini juga sudah diluncurkan beberapa hari lalu. Menurut Gus Yaqut, logo itu bermakna sebagai wujud atau bentuk bahwa kader Ansor selama ini sadar terhadap situasi yang sedang dialami.
Kira-kira di Harlah kita tahun ini, 87 tahun, kalau kita lihat (logo) ada maskernya nih. Ini logo resmi sudah diluncurkan, ada gambar maskernya. Ini adalah wujud atau bentuk bahwa kita ini sebagai kader aware (sadar) dengan situasi yang sedang sama-sama kita alami,” tegasnya.
Pesan khusus yang demikian itu sesungguhnya sudah ada pada perayaan Harlah ke-86 tahun lalu. Sebab pada tahun lalu, Ansor juga mengalami situasi peringatan Harlah yang sama-sama sedang dalam masa pandemi Covid-19. “Hanya bedanya, di tahun lalu itu kita masih belum mengerti dan masih meraba-raba. Covid-19 ini seperti apa, penyakit apa, kok semua orang jadi takut, bingung, tidak mengerti harus bagaimana. Nah tetapi tahun ini, saya kira, kita sudah belajar banyak dari perjalanan selama setahun dari Harlah tahun lalu sampai sekarang,” Pungkas Gus Yaqut Mengenai Makna Logo.
Hal ini terjadi pula dikabupaten Pringsewu provinsi Lampung ,yang mayoritas penduduknya adalah warga Nahdliyyin banyak Warganet dikabupaten Pringsewu melalui akun media sosial nya semua bergembira atas hari kelahiran Gerakan Pemuda Ansor yang ke 87,
Banyak sekali kita jumpai baik di FB,IG, Twetter dan lainya semua mengucapkan doa yang terbaik untuk GP Ansor atas pengabdianya selama ini.
Penulis menemui salah satu kader kebanggaan GP Ansor Pringsewu yang menjabat pula sebagai Kasatma menurut penuturanya ia bangga dan Sangat sayang kepada GP Ansor, “Saya Berpesan pada semua sahabat GP Ansor untuk selalu solid, Kompak satu komando dan tetap menjadi ansornya NU jangan kasih longgar dan jangan bergeser” Tegas Supri Sapaan karib pemuda Berparas Gagah ini.
Pewarta : Malik Fajar