Pringsewu, Saat ini tragedi kemanusiaan Rohingya terus menjadi Trending Topic di Media Sosial. Ungkapan keprihatinan, simpati sampai dengan kutukan terus mengalir tak terbendung. Berbagai berita, foto dan video korban konflik ini terus saja viral memenuhi berbagai Medsos.
Bersliwerannya pemberitaan ini menurut Wakil Sekretaris PCNU Kabupaten Pringsewu Fathurrahman bukan tanpa resiko dan tanpa dampak negatif yang menyertai. Ia merasa prihatin karena hampir 80% tampilan visual yang nampak, menampilkan kekerasan karena terpampang foto dan video yang sangat jelas.
“Terlepas apakah yang tersaji itu fakta atau hoax, konten kekerasan yang nyaris “unsencored” ini secara psikologis sangat membahayakan kejiwaan seseorang khususnya anak-anak. Bila terus dipertontonkan maka otak akan merespon kekerasan sebagai hal biasa, dan boleh dilakukan.Na’udzubillah,” katanya, Ahad (3/9).
Pemberitaan yang masif dan hampir tanpa jeda, dalam waktu yang tidak lama juga menurutnya akan memunculkan berbagai macam opini. Opini dan pandangan yang muncul jelas akan berbeda-beda tergantung dari sisi mana seseorang mencerna saat menerima informasi.
“Contoh sederhananya ada yang berpendapat konflik Rohingya adalah sentimen Agama, sebab dipicu oleh kesewenang-wenangan pemeluk Budha yang Mayoritas terhadap Muslim Rohingya yang minoritas,” ujar Pria yang akrab disapa Mas Faun.
Pandangan ini memunculkan berbagai komentar ‘miring’ cenderung mengarah pada ujaran kebencian antar pemeluk dua agama ini.
“Alih-alih mencari solusi dan aksi nyata buat Muslim Rohingya, mereka makin sibuk tebar sumpah serapah dan meme negatif yang berpotensi memicu sentimen didalam negeri kita sendiri yang sejak dulu kala kita telah mewarisi rasa toleransi tidak cuma dengan agama Budha, dengan lima agama lainyapun kita bersanding,” lanjutnya seraya berharap isu ini tidak terbawa ke Indonesia dan dikonsumsi mentah-mentah sehingga mengancam kerukunan antar umat beragama.
Ada juga lanjutnya yang berpendapat bahwa tragedi Rohingya adalah konflik geopolitik yang melibatkan berbagai negara yang berkepentingan secara kapital atas potensi migas di kawasan yang dihuni oleh etnis Rohingya tersebut.
Dari berbagai informasi yang memenuhi jagad dunia maya saat ini, Ia mengingatkan kepada siapa saja untuk tidak gegabah dan latah meyakini serta men-share berbagai informasi yang diterima.
“Mending mingkem, minongko ndadekno ayem, Tinimbang semaur ananging ngawur,” katanya mengambil pepatah bijak Jawa yang artinya lebih baik diam agar bisa menyejukkan daripada berbicara tetapi tidak terarah.
Pengendalian diri dan bersikap bijak dalam mem-posting dan berkomentar menurutnya akan lebih maslahat dibandingkan sekedar share tanpa sumber yang memadai.
Ia mengajak semua pihak untuk mendukung Negara maupun Lembaga kemanusian manapun yang tulus hati ingin membantu Muslim Rohingya karena mereka lebih membutuhkan upaya diplomatik agar Myanmar menghentikan tragedi ini.
“Daripada sebar hoax dan khutbah kebencian lebih baik mulai dengan keikhlasan,salurkan dana melalui lembaga kemanusiaan yang kompeten serta dalam munajat kita kepada Allah SWT, menyertakan doa keselamatan kepada etnis Rohingya. Semoga lindungan dan pertolonganNya makin dekat pada Muslim Rohingya. Lahumul Fatihah,” pungkasnya. (Muhammad Faizin).