Berjabat tangan

nupringsewuonli,Sudah lazismnya dinegara kita Indonesia Salaman atau berjabat tangan dilakukan, setiap kali bertemu dengan orang tua,guru,keluarga,saudara, kerabat dan ketika dipertemuan apapun atau siapapun,ada yang menarik pada pembahasan kali ini yakni menyalami sekaligus mencium tangan orang yang alim/Ulama.

Para ulama menetapkan hukum sunah mencium tangan, ulama, guru, orang shalih serta orang-orang yang kita hormati karena agamanya. Berikut ini adalah pendapat ulama

1. Ibnu Hajar al-Asqalani Imam Ibnu Hajar al-Asqalani telah menyitir pendapat Imam Nawawi sebagai berikut:

قالَ الاِمَامْ النَّوَاوِيْ: تقبِيْلُ يَدِ الرَّجُلِ ِلزُهْدِهِ وَصَلاَحِهِ وَعِلْمِهِ اَوْ شرَفِهِ اَوْ نَحْوِ ذالِكَ مِنَ اْلاُمُوْرِ الدِّيْنِيَّةِ لاَ يُكْرَهُ بَل يُسْتَحَبُّ. “

Imam Nawawi berkata: mencium tangan seseorang karena zuhudnya, kebaikannya, ilmunya, atau karena kedudukannya dalam agama adalah perbuatan yang tidak dimakruhkan, bahkan hal yang demikian itu disunahkan.” Pendapat ini juga didukung oleh Imam al-Bajuri dalam kitab Hasyiah, juz 2, hal.116.

2. Imam al-Zaila’i Beliau berkata:
يَجُوْزُتقبِيْلُ يَدِ اْلعَالِمِ اَوِ اْلمُتَوَرِّعِ عَلَى سَبِيْلِ التبَرُكِ…

“(Dibolehkan) mencium tangan seorang ulama dan orang yang wira’i karena mengharap barakahnya.”

Hal ini juga selaras dengan Madzhab Hanafiyyah yang menghukmi sunnah dengan catatan hal tersebut dilakukan atas dasar menghormati atau berbuat baik dan tidak disertai dengan syahwat,atau tidak berlebihan dalam bersalaman dan mencium tangan bahkan bukan serta merta merendahkan harga diri seseorang karena Dimata Allah semua hamba sama.

(وَلَا بَأْسَ بِتَقْبِيلِ يَدِ الرَّجُلِ الْعَالِمِ) وَالْمُتَوَرِّعِ عَلَى سَبِيلِ التَّبَرُّكِ، (والسُّلْطَانِ الْعَادِلِ).

“Dan tidak apa-apa mencium tangan orang alim dan orang wara’ untuk tujuan mendapatkan keberkahan. Begitu pula (mencium tangan) pemimpin yang adil” (Muhammad bin Ali Al-Hashkafi, Ad-Durrul Mukhtar Syarh Tanwirul Abshar, juz 2, h. 577).

Tidak jauh berbeda dari kedua ulama mazhab Hanafi di atas, seorang ulama mazhab Hanbali bernama Syekh Al-Bahuti menulis:

فَيُبَاحُ تَقْبِيْلُ الْيَدِ وَالرَّأْسِ تَدَيُّنًا وَإِكْرَامًا وَاحْتِرَامًا مَعَ أَمْنِ الشَّهْوَةِ

“Maka dibolehkan mencium tangan dan kepala karena alasan keagamaan dan penghormatan, disertai rasa aman dari syahwat”
(Mansur al-Bahuti,Kasysyaful Qina’ an Matnil Iqna’, juz 2, h. 182).

Sedangkan Menurut Madzhab Syafi’i Sendri adalah Sunah mencium tangan orang Sholeh atau orang yang alim seprti yang dituturkan oleh Imam Nawawi,beliau menyebutkan:

وَأَمَّا تَقْبِيْلُ الْيَدِ، فَإِنْ كَانَ لِزُهْدِ صَاحِبِ الْيَدِ وَصَلَاحِهِ، أَوْ عِلْمِهِ أَوْ شَرَفِهِ وَصِيَانَتِهِ وَنَحْوِهِ مِنَ الْأُمُوْرِ الدِّيْنِيَّةِ، فَمُسْتَحَبٌّ

“Adapun mencium tangan, jika karena kezuhudan pemilik tangan dan kebaikannya, atau karena ilmunya, atau kemuliannya, keterjagaannya, dan sebagainya; berupa urusan-urusan agama, maka disunnahkan”
(Yahya bin Syaraf Annawawi, Raudhatut Thalibin, juz 7, h. 438).

Bahkan Imam Nawawi dalam kitab Riyadhus Shalihin menulis salah satu babnya dengan judul:

بَابُ اسْتِحْبَابِ الْمُصَافَحَةِ عِنْدَ اللِّقَاءِ وَبَشَاشَةِ الْوَجْهِ وَتَقْبِيْلِ يَدِ الرَّجُلِ الصَّالِحِ

Bab kesunnahan berjabat tangan saat berjumpa, menampakkan wajah ceria, dan mencium tangan orang shaleh,(Riyadhus Shalihin, juz 1, h. 271).

Pada intinya hukum bersalaman dengan orang yang alim dan Sholeh sembari mencium tangannya adalah Sunah dengan kriteria untuk menghormati dan memuliakan ilmu yang beliau miliki guna untuk keberkahan,tidak berlebihan dan tidak lebay sebagai kita rasa cinta terhadap guru/ulama dan sebagai bentuk unggah-ungguh kita.
Wallohua’lam Bissowab

About Admin

Istiqomah dalam Berkhidmah

Check Also

Majelis Dzikir dan Sholawat RIJALUL ANSOR Kembali Digelar

NUPRINGSEWU – GADINGREJO | PAC ANSOR Gadingejo Buka Kembali Rutinan Majlis Dzikir dan sholawat yang …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *