Oleh: M. Syaroni Rofii*
Muhammad Salah adalah idola baru penggemar Liverpool. Pemuda berambut kriting itu telah mencetak 43 gol di semua kompetisi. Jika Salah terus mencetak gol maka para penggemar Liverpool akan ramai-ramai masuk Islam dan berbondong-bondong memenuhi masjid. Kalimat sebelumnya merupakan cuplikan dari yel-yel para penggemar klub berjuluk the reds.
Supporter bola di banyak negara termasuk entitas yang terlahir fanatik. Fanatisme mereka kadang-kadang melebihi fanatisme atas negara-bangsa. Atas nama sepakbola Hooligan di Inggris kerap terlibat bentrokan dengan para penggemar sepakbola di seantero Eropa. Atas nama kesetiaan pada klub para penggemar Galatasaray membakar petasan dan flair pada setiap pertandingan. Begitu juga dengan penggemar Liverpool yang siap-siap pindah agama jika Salah terus menerus mencetak gol. Semua ini terdengar absurd tapi ini terjadi.
Belakangan nama Mohamed Salah tengah menjadi perbincangan banyak orang. Penyerang berusia 25 tahun itu mulai disejajarkan dengan Christiano Ronaldo dan Lionel Messi karena gol-gol yang lahir dari kaki penyerang asal Mesir itu. Terakhir, Liga Inggris menganugrahinya penghargaan pemain terbaik versi asosiasi pemain sepakbola profesional FPA tahun 2018.
Banyak orang bangga akan prestasi Salah. Komunitas Islam di berbagai belahan dunia merasa terwakili oleh kehadiran Salah di Liga Inggris. Sosok Salah dianggap sebagai duta Islam yang mampu menyapa publik Inggris yang sebelumnya menaruh curiga terhadap siapapun beridentitas Islam.
Maka, sebagai ganjaran, pemerintah kota Mekkah menawarkan hadiah kepada penyerang Liverpool itu berupa sebidang tanah di kota Mekkah. Fahad Al Rooqi mewakili pemerintah Mekkah menyatakan bahwa alasan dibalik pemberian hadiah itu adalah karena Salah dianggap sebagai figur yang mampu menunjukkan moral dan karakter yang merefleksikan nilai Islam. Pada saat bersamaan Salah juga berjasa menjadi duta bagi toleransi antar agama di Inggris (Gulf News, 24/04/2018).
Liga Inggris merupakan etalase utama industri sepakbola. Setiap talenta yang mampu tampil di level terbaik akan diangkut ke negeri Ratu Elizabeth dengan biaya transfer melebihi anggaran belaja sebuah provinsi di Indonesia. Gaji yang ditawarkan juga sangat besar, para pesepakbola yang merumput di Liga Inggris tidak asing dengan gaji milyaran per pekan. Mereka yang bisa bertahan di Liga Inggris harus bersiap-siap menjadi idola yang didewakan.
Ibarat panggung, Inggris adalah etalase yang mampu mendongkrak popularitas seseorang dari orang biasa menjadi primadona dunia. seperti Cristiano Ronaldo yang sebelumnya bukan siapa-siapa saat bermain di Sporting Lisbon Portugal menjelma menjadi pesepakbola paling populer di dunia setelah mengenakan kostum Manchester United. Media Inggris yang mampu menjangkau seluruh penjuru dunia turut serta mempromosikan para bintang yang sebelumnya redup menjadi bersinar terang.
Jika Salah mampu bertahan dengan pencapainnya saat ini, apalagi jika mampu menjuarai Liga Champions yang sebentar lagi akan digelar, maka tidak menutup kemungkinan akan semakin banyak penggemar Liverpool yang akan belajar tentang Islam, mencari tahu apa sebenarnya Islam dan bagaimana seorang Muslim menjalankan hari-hari mereka. Mereka akan melihat Islam dari Salah. Sehingga untuk konteks penyebaran Islam Salah adalah duta paling efektif untuk menyampaikan pesan dan nilai agama.
Salah merefleksikan sebuah kisah seseorang yang datang dari pinggiran kemudian hijrah ke daratan yang kosmopolit. Inggris membuka ruang bagi pengembangan talenta dengan ganjaran sepadan. Penerimaan atas sosok Salah yang Muslim setidaknya mereduksi persepsi negatif tentang Inggris yang memusuhi Islam secara keseluruhan.
Mengacu pada pemikiran Jonathan Haidt yang menyebut bahwa agama dan politik memiliki kontribusi bagi putusnya hubungan orang-orang baik. Maka keberadaan Salah sebagai pesepakbola profesional bisa justru menjadi alat penawar efektif yang mampu menjembatani mereka yang berseteru.
Masyarakat yang diliputi ketegangan bertahun-tahun dibawah narasi benturan antar peradaban yang dicetuskan oleh Samuel Huntington (1927-2008) tiba-tiba bisa berpelukan karena sepakbola mampu melampaui sekat-sekat perbedaan. Fans Liverpool yang beragama maupun tidak beragama mencintai Salah dibawah bendera Liverpool.
Dari sudut pandang penyebaran Islam, Mohamed Salah adalah model paling efektif untuk menyapa publik Barat yang selama ini menutup diri dari Islam karena kampanye massif kelompok teror dan kelompok garis keras yang menunjukkan Islam yang jauh dari teduh. Mereka mengkampanyekan tafsir fiqih yang keras ketimbang nilai tasawwuf. Padahal untuk mendekati mereka yang belum tahu agama Islam perlu didekati secara bertahap. Sebagaimana metode Nabi Muhammad yang mampu menggugah hati para pembencinya dengan akhlak baik Rasulullah.
Dakwah dalam arti paling sederhana adalah menyapa mereka yang jauh agar mendekat dengan metode terbaik, bisa dengan hikmah kebijaksanaan, dengan contoh yang baik, dan pada titik tertentu melayani perdebatan dengan cara yang baik pula. Ketika medan dakwahnya adalah masyarakat Inggris yang rasional maka tak ada pilihan lain selain mengarusutamakan etika baik dalam kehidupan sehari-sehari. Menunjukkan talenta terbaik sebagaimana Salah yang mulai menjadi pujaan.
Akhirnya, dalam dimensi lebih luas Salah menjadi contoh bagaimana pesepakbola Muslim bisa menjembatani benturan peradaban Timur dan Barat yang selama ini terpelihara akibat aksi-aksi kelompok teror yang mengumandangkann pertempuran antara Islam dan Barat, minimal di level penggemar sepakbola. Masyarakat dunia saat ini butuh orang-orang seperti Salah yang bisa memahami bahasa perbedaan dan beragama secara santai.
*)
-Dewan Pakar Himpunan Pengusaha Santri Indonesia(HIPSI) Pusat.
-Pengajar di UIN Jakarta.